Melihat Sejarah Gas Air Mata, dari Senjata Perang hingga Unjuk Rasa

gas air mata

PONTIANAK, borneoreview.co – Gas air mata tengah menjadi bahan perbincangan hangat, terutama terkait unjuk rasa belakangan ini.

Gas air mata sejatinya bukanlah gas, melainkan bubuk bertekanan yang dapat memunculkan kabut seolah seperti gas.

Gas air mata merupakan kumpulan senyawa kimia yang dapat menimbulkan beberapa efek bagi kesehatan. Tujuannya untuk pelumpuhan sementara.

Melansir berbagai sumber, Senin (1/9/2025), dulunya gas air mata digunakan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat untuk mengendalikan kerusuhan.

Jauh sebelum itu, gas air mata juga digunakan sebagai senjata kimia dalam Perang Dunia I.

Berikut sejarah gas air mata yang perlu diketahui:

1. 1914
Pada Agustus 1914 tentara Prancis menembakkan granat gas air mata ke pasukan Jerman di sepanjang perbatasan.

Saat Perang Dunia I semua ahli kimia berlomba-lomba menciptakan senjata kimia dengan tujuan bisnis.

Salah satu senjata yang diciptakan adalah gas air mata. Senjata-senjata kimia ini banyak dicari kalangan militer, dan produksinya terus berlanjut hingga hari ini.

2. 1920-an
Seusai Perang Dunia I, atau sekitar dekade 1920-an, gas air mata menjadi hal biasa di gudang senjata polisi di Amerika Serikat.

Alasannya, kepentingan bisnis untuk senjata kimia mulai muncul di Amerika Serikat lewat Chemical Warfare Service.

3. 1930-an
Gas air mata digunakan Amerika Serikat dalam penindasan terhadap gerakan buruh, sebagian besar di awal 1930-an.

4. 1950-an
Gas air mata mengalami modernisasi oleh ahli kimia. Ada banyak perubahan, beberapa di antaranya tidak digunakan dalam Perang Dunia I.

Bahkan, gas air mata yang dipakai kepolisian saat ini tidak jauh berbeda dari versi 1950-an.

Kebanyakan industri senjata zat kimia membuat sesuatu yang baru. Beragam jenis bentuk gas air mata, mulai dari aerosol genggam sampai botol semprot hampir seukuran alat pemadam kebakaran.

5. 1990-an
Penggunaan peluncur adalah inovasi beberapa dekade terakhir, sekira 1990-an.

Gas air mata bisa memantul dan membuat pengunjuk rasa mengambil dan membuangnya.

Gas air mata ketika sudah ditembakkan, bisa terasa panas di tangan.

Itu sebabnya, jika pengunjuk rasa melihat ada gas air mata terlontar di dekatnya tidak diambil dengan tangan telanjang, melainkan dengan sarung tangan atau kain, atau ditendang.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *