JAKARTA, borneoreview.co – Di tengah tantangan produktivitas dan keberlanjutan industri sawit, pelatihan petani sawit menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ini. PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) secara konsisten mengadakan program pelatihan teknis. Salah satunya digelar pada 28 Juli–1 Agustus 2025, dengan melibatkan 96 petani sawit dari Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara.
Senior Executive Vice President (SEVP) Operation 1 RPN, Tjahjono Herawan, mengatakan bahwa pelatihan petani sawit dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang praktik budidaya yang berkelanjutan dan efisien. “Dalam pelaksanaannya, kami melibatkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang telah memainkan peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusia di sektor perkebunan kelapa sawit,” ujar Tjahjono di Jakarta, Rabu (31/7/2015).
“Sebagai lembaga riset, kami berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas para petani sawit, agar mereka mampu menerapkan praktik yang sesuai standar industri dan berorientasi pada keberlanjutan,” tambahnya.
Dalam kegiatan pelatihan petani sawit ini, para peserta dibekali materi mulai dari regulasi dan kebijakan perkebunan, pemilihan bahan tanam, teknik pemeliharaan, hingga pengendalian hama dan penyakit.
Pelatihan juga mencakup pemetaan lokasi perkebunan menggunakan teknologi modern, yang disampaikan melalui sesi kelas dan praktik lapangan di Kebun Aek Pancur, Deli Serdang.
Tjahjono menambahkan bahwa pelatihan ini juga merupakan bagian dari implementasi Program Pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit (SDM PKS) 2025 yang didukung penuh oleh BPDPKS dan Ditjenbun.
“Kami tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga memastikan para petani memahami penggunaan alat pemetaan, pembuatan peta kebun, serta pengolahan data dan analisis hasil pengukuran. Ini akan membantu mereka dalam pengambilan keputusan berbasis data,” jelasnya.
Pentingnya pelatihan petani sawit terlihat dari hasil yang diharapkan: petani mampu meningkatkan produktivitas secara presisi, ramah lingkungan, dan sesuai prinsip keberlanjutan. Dengan kapasitas yang lebih baik, petani juga memiliki peluang lebih besar untuk naik kelas, masuk ke rantai pasok yang tersertifikasi, serta menjaga daya saing produk sawit Indonesia di pasar global.***