PONTIANAK, borneoreview.co – Biasanya arung jeram memakai perahu karet atau ban, tapi di Loksado berbeda. Di tempat ini rafting menggunakan rakit bambu, namanya balanting paring.
Arena balanting paring ini di Sungai Amandit Loksado. Artinya, membelah sungai itu dengan peralatan dan cara yang tradisional.
Tidak perlu ragu karena derasnya air Sungai Amandit sudah makanan sehari-hari pemandu balanting paring dan sudah berlangsung sejak dulu kala.
Melansir berbagai sumber, Kamis (16/10/2025), Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Secara geografis Loksado yang berada di Pegunungan Meratus. Ini membuat Loksado memiliki banyak destinasi wisata air terjun dan tentunya sungai berair deras.
Nah, arung jeram yang dilakukan di Loksado cukup unik karena bukan menggunakan perahu karet seperti biasanya.
Water sport ini lebih menantang karena hanya menggunakan rakit bambu, rafting ini lebih dikenal dengan sebutan balanting paring atau bamboo rafting.
Berikut penjelasan soal balanting paring:
1. Jumlah penumpang
Setiap rakit bambu hanya berisi maksimal 3 penumpang, dengan seorang pemandu yang sudah berpengalaman.
2. Durasi
Rafting ini biasanya dilakukan di Sungai Amandit. Waktu yang ditempuh sebuah Balanting Paring bisa mencapai 2 – 3 jam.
3. Keindahan alam
Bukan hanya menguji andrenalin, saat balanting paring akan ditemui pemandangan alam yang luar biasa.
Selain itu juga ditengah perjalanan, akan terlihat kegiatan suku Dayak Meratus.
4. Akhir perjalanan
Balanting paring akan berakhir di sebuah desa bernama Tanuhi.
Meski tak berada di kawasan gunung berapi, Desa Tanuhi memiliki sumber air panas alami yang berasal dari gas bumi.
Catatan, selain balanting paring ada juga tubing. Tubing adalah istilah untuk cara menyusuri sungai sambil bermain air dengan menggunakan ban dalam mobil. ***

