Site icon Borneo Review

Mengenal Kepiting Tiga Warna, si Kecil yang Ada di Bukit Kelam

kepiting tiga warna

penampakan kepiting tiga warna atau Lepidothelphusa menneri. (ig@brin_indonesia)

PONTIANAK, borneoreview.co – Bintang kecil ini bernama kepiting tiga warna. Dia ditemukan di Taman Wisata Alam Bukit Kelam.

Sesuai namanya, kepiting tiga warna ini memang memiliki tiga warna, beda dengan kepiting lain.

Pun, tubuhnya sangat kecil. Bahkan, kepiting tiga warna ini tak lebih besar dari ruas jari.

Melansir berbagai sumber, Jumat (19/9/2025) kepiting tiga sarna ini diberi nama secara ilmiah menjadi Lepidothelphusa menneri.

Nama menneri diambil dari Jochen K Menner, seorang etimologi yang memberi informasi kepada para peneliti tentang keberadaan spesies tersebut di Kalimantan.

Menariknya, dalam literasi ilmiah disebut bahwa terakhir kali penampakan kepiting jenis ini terjadi 1920, oleh seorang zoologi dari Itali bernama Guiseppe Colosi di Sarawak, Malaysia.

Nyatanya, kini kepitng tiga warna ditemukan di Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Temuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal Zootaxa, Nomor 5397 Volume 2 tanggal 4 Januari 2024.

Dua penulis utamanya adalah Daisy Wowor dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)dan Peter NG Kee Lin, profesor dari National University of Singapore.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang kepiting tiga warna:

1. Ukurannya sekitar 10 mm x 8.8 mm. Karapasnya (punggung) licin dengan pola tiga warna kontras.

2. Sepertiga bagian tubuhnya, mulai bagian kepala dan mata berwarna kuning cerah hingga oranye.

3. Bagian tengahnya cokelat tua hingga hitam keunguan dan sepertiga bagian posteriornya berwarna pucat hingga biru cerah.

4. Bentuk kedua capitnya yang besar sebelah. Capit kanannya lebih kecil dari yang kiri.

5. Kepiting ini bukan jenis pemanjat, karena hidupnya di tepi anak sungai dangkal dengan substrat kerikil dan batu.

6. Kepiting tiga warna ini sangat suka bersembunyi di balik serasah daun dan akar.

7. Status konservasinya masih sulit dilakukan karena wilayah penyebarannya belum secara tepat diketahui.***

Exit mobile version