Site icon Borneo Review

Mengenal Proses Pengolahan Kelapa Sawit: Dari Kebun ke Pabrik

PONTIANAK, borneoreview.co – Kelapa sawit merupakan komoditas penting bagi Indonesia, tidak hanya sebagai sumber devisa, tetapi juga bahan baku minyak nabati, biodiesel, hingga industri kosmetik. Namun, banyak yang belum memahami bagaimana proses pengolahan kelapa sawit berlangsung sejak dipanen di kebun hingga menghasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di pabrik.

Artikel ini akan mengulas secara lengkap dan sederhana tahapan proses pengolahan kelapa sawit dari kebun ke pabrik, berdasarkan data dan praktik industri di lapangan.

Panen Tandan Buah Segar (TBS)

Proses pengolahan sawit diawali dengan pemanenan tandan buah segar (TBS) yang telah matang sempurna, ditandai dengan warna merah-oranye dan adanya buah yang gugur. Pemanenan biasanya dilakukan setiap 10-12 hari sekali menggunakan alat seperti egrek atau dodos, tergantung tinggi pohon sawit.

Pemilihan buah yang tepat penting untuk menjaga rendemen minyak yang tinggi dan kadar asam lemak bebas (FFA) tetap rendah, sehingga kualitas CPO tetap terjaga.

Pengangkutan ke Pabrik

Setelah dipanen, TBS harus segera diangkut ke pabrik kelapa sawit dalam waktu kurang dari 24 jam untuk mencegah peningkatan kadar FFA akibat fermentasi. Proses ini menggunakan truk atau lori dan diawali dengan penimbangan di jembatan timbang, dilanjutkan dengan penyortiran kualitas buah.

Sterilisasi (Perebusan)

Setibanya di pabrik, TBS akan masuk tahap sterilisasi dalam sterilizer dengan menggunakan uap bertekanan tinggi (2,5-3 bar) selama sekitar 90 menit. Tahap ini berfungsi untuk:

– Mematikan enzim lipase agar FFA tidak meningkat.

– Mempermudah pemisahan buah dari tandan.

– Melunakkan daging buah sehingga memudahkan proses ekstraksi minyak.

Perontokan Buah dari Tandan

Setelah perebusan, TBS dipindahkan ke mesin thresher untuk memisahkan buah dari tandannya. Tandan kosong (Empty Fruit Bunch/EFB) yang tersisa biasanya dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik di kebun sawit atau bahan bakar boiler pabrik.

Pelumatan dan Pengepresan

Buah sawit yang telah dipisahkan akan melalui proses pelumatan (digester) untuk menghancurkan daging buah, kemudian dipres menggunakan screw press untuk memisahkan minyak dari ampas.

Pada tahap ini dihasilkan minyak sawit kasar (CPO), sementara ampas (fiber) dan biji sawit (kernel) akan dipisahkan untuk proses selanjutnya.

Klarifikasi dan Pemurnian

Minyak sawit kasar masih mengandung kotoran, air, dan partikel padat. Oleh karena itu, minyak akan melalui tahap klarifikasi menggunakan alat decanter dan separator untuk memisahkan kotoran dan air dari minyak.

Minyak kemudian diproses dalam vacuum dryer untuk mengurangi kadar air sehingga menghasilkan CPO berkualitas sesuai standar industri.

Pemrosesan Kernel

Biji sawit (kernel) yang dipisahkan dari ampas akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil/PKO). Kernel dikeringkan untuk menurunkan kadar air menjadi 5-7% sebelum dipres untuk diekstraksi minyaknya.

Sisa cangkang kernel biasanya digunakan sebagai bahan bakar boiler pabrik, sedangkan bungkil inti sawit (Palm Kernel Expeller/PKE) menjadi bahan pakan ternak.

Penyimpanan dan Pengiriman CPO

Minyak sawit mentah (CPO) yang sudah bersih akan disimpan di tangki penyimpanan dengan suhu 50-60°C agar tetap dalam kondisi cair dan siap untuk didistribusikan ke pabrik refinery.

Di tahap refinery, CPO akan diolah menjadi minyak goreng, oleokimia, sabun, hingga bahan baku biodiesel yang digunakan untuk energi terbarukan.

Pemanfaatan Limbah untuk Energi Terbarukan

Pabrik kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair (POME) yang biasanya diolah menggunakan biodigester untuk menghasilkan biogas sebagai energi alternatif. Serat dan cangkang sawit digunakan untuk bahan bakar boiler, menjadikan proses pengolahan sawit lebih ramah lingkungan dan mendukung efisiensi energi.

Proses pengolahan kelapa sawit dari kebun ke pabrik merupakan rantai produksi yang terintegrasi, memanfaatkan hampir semua bagian sawit menjadi produk bernilai. Dengan pengelolaan yang baik, industri sawit dapat terus berkontribusi pada perekonomian nasional sekaligus mendorong keberlanjutan energi terbarukan dan praktik pertanian berkelanjutan.***

Exit mobile version