Mengenal Rumah Adat Baluk Sebujit, Berbentuk Bulat dan Memiliki Tinggi yang Tak Biasa

Rumah Adat Baluk

PONTIANAK, borneoreview.co – Pernah melihat Rumah Adat Baluk? Bangunan khas ini merupakan milik Dayak Bidayuh yang banyak di Kabupaten Bengkayang dan Sanggau.

Rumah Adat Baluk ini terbilang unik. Pasalnya, dia berbentuk bulat dan  memiliki ketinggian yang tidak biasa.

Pun, bagi masyarakat Dayak Bidayuh, Rumah Adat Baluk adalah tempat untuk menyelenggarakan berbagai upacara dan kaya makna.

Melansir berbagai sumber, Rabu (15/10/2025), Rumah Adat Baluk berbentuk bulat dan berdiameter lebih dari 10 meter dan tinggi sekitar 12 meter.

Rumah adat ini berupa rumah panggung yang ditopang oleh 20 tiang. Beberapa kayu penopang lainnya serta sebatang tiang digunakan sebagai tangga yang menyerupai titian.

Ketinggian ini menggambarkan kedudukan atau tempat Kamang Triyuh yang harus dihormati.

Sebagai informasi, untuk melihat rumah ini bisa mendatangi Dusun Sebujit, Desa Hli Buei, Kecamatan Siding atau sekira 134 kilometer dari Ibukota Bengkayang.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui dari Rumah Adat Baluk:

1. Bulat dan Tinggi
Bentuk bulat pada rumah adat ini didasarkan pada zaman Ngayau (ritual pemburuan kepala).

Tengkorak yang didapat dari Ngayau dikumpulkan pada lokasi tempat yang berbeda dari area pemukiman penduduk.

Maka, para tetua dan masyarakat zaman dahulu membangun rumah khusus untuk menampung tengkorak hasil Ngayau berbentuk bulat dan panggungya cukup tinggi dengan tujuan keberadaanya dekat dengan Tipak Iyakng (Tuhan).

2. Jendela Sesuai Mata Angin
Rumah Adat Baluk memiliki atap berbentuk kerucut atau disebut payukng samai yang memiliki arti melindungi masyarakat dan mempunyai empat buah jendela di atapnya.

Jendela ini memiliki arti karena arahnya menghadap ke-4 penjuru mata angin yang menggambarkan kehidupan alam semesta, di antaranya terbit dan terbenamnya matahari yang berakibat terjadinya siang dan malam.

Jendela depan dan belakang hanya melambangkan pintu depan dan belakang, sedangkan jendela kanan dan kiri melambangkan adanya dua orang beradik yaitu Danum dan Demos.

Danum menguasai jendela sebelah kiri (ilir) dan Demos menguasai jendela sebelah kanan (ulu).

3. Kayu Belian Utuh
Rumah Adat Baluk ini disanggah dengan 22 berbahan kayu belian.

Dari 22 tiang itu ada 4 tiang induk yang tidak boleh bersambung, dalam artian kayu belian harus utuh dari bawah ke atas tanpa sambungan.

Empat tiang induk ini berfungsi sebagai penyanggah penyimpanan tengkorak leluhur dan juga melambangkan garis vertikal tanpa hambaan antar manusia dengan Tuhan.

4. Anak Tangga Ganjil
Untuk naik ke Rumah Adat Baluk  terdapat tangga yang terbuat dari kayu belian.

Panjangnya sekitar 7 meter terdiri dari anak tangga yang berjumlah ganjil yaitu 19 buah anak tangga. Untuk pegangan tangan terbuat dari bambu.

5. Masuk Sambil Menunduk
Untuk ke dalam melewati pintu yang kecil berukuran sekitar 120 cm x 92 cm hingga harus menunduk agar bisa masuk.

Hal ini ada maknanya yaitu penghormatan terhadap kamang tariyuh karena setiap orang yang akan masuk selalu menundukan kepalanya.

6. Tiga Lantai
Rumah Adar Baluk ini sejatinya dikonsep tiga lantai. Lantai pertama terdapat linyah yang berfungsi untuk membuat perapian dengan tinggi lantai hanya 105 cm saja.

Lantai kedua dinamakan Piyuh yang jaraknya dari linyah sekitar 90 cm saja. Sedangkan lantai ketiga dinamakan Sangieh Likuah dengan ruangan panjang sekitar 270 cm dan lebar 160 cm.

Ruang ketiga ini dimanfaatkan untuk menyimpan tengkorak manusia hasil Ngayau dan benda benda pusaka leluhur Suku Dayak Bidayuh.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *