PONTIANAK, borneoreview.co – Transisi ke energi terbarukan menjadi kebutuhan mendesak di tengah ancaman perubahan iklim dan keterbatasan bahan bakar fosil. Di Indonesia, muncul gerakan membangun desa energi terbarukan, di mana masyarakat pedesaan memanfaatkan sumber daya lokal seperti matahari, air, angin, dan biomassa sebagai sumber listrik utama.
Program ini tak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga membuka akses listrik bagi daerah-daerah terpencil yang sebelumnya belum terjangkau jaringan PLN.
Menurut data ESDM dan IRENA (International Renewable Energy Agency), hingga akhir 2023 terdapat lebih dari 300 desa di Indonesia yang telah mengembangkan sistem energi terbarukan secara mandiri. Beberapa teknologi yang paling banyak digunakan meliputi:
– PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
– PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro)
– Biogas dari limbah ternak atau pertanian
– Hybrid system (kombinasi surya dan diesel)
Salah satu program unggulan adalah Desa Mandiri Energi yang didorong oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Program ini menargetkan pembentukan 1.000 desa energi mandiri hingga 2027.
Desa Kamanggih di Pulau Sumba, NTT, menjadi ikon keberhasilan desa energi terbarukan. Melalui proyek Sumba Iconic Island, desa ini kini menggunakan tenaga mikrohidro dan surya untuk memenuhi 95% kebutuhan listrik warganya.
Dampaknya sangat signifikan, produktivitas UMKM meningkat, anak-anak bisa belajar di malam hari, dan berkurangnya konsumsi minyak tanah dan emisi CO₂. Namum, meski potensinya besar, pengembangan desa energi terbarukan masih menghadapi tantangan, di antaranya:
– Keterbatasan dana awal dan biaya pemeliharaan
– Minimnya kapasitas teknis di tingkat lokal
– Kebijakan insentif yang belum merata
– Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
Solusi dan Harapan ke Depan
Pemerintah bersama LSM dan swasta mulai mendorong solusi melalui pelatihan teknisi lokal, ini termasuk juga membuat skema pembiayaan berkelanjutan (misalnya: pembiayaan hijau dan CSR). Selain itu menginisiasi platform digital untuk pemantauan dan manajemen energi.
Dengan dukungan semua pihak, desa energi terbarukan bisa menjadi pilar transformasi energi nasional, sekaligus membuktikan bahwa transisi energi bersih bisa dimulai dari desa.
Desa energi terbarukan adalah masa depan Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya menyediakan listrik bersih dan murah, tetapi juga memberdayakan masyarakat desa untuk hidup lebih mandiri dan berkelanjutan. Dengan potensi alam yang besar dan semangat gotong royong, Indonesia bisa menjadi pelopor energi bersih di kawasan Asia Tenggara—dimulai dari desa-desa kecil yang terus menyala dengan cahaya harapan.***