Site icon Borneo Review

Menko Polkam Djamari Chaniago Selalu Ingat Pesan Prabowo Subianto, Beri Pengabdian pada Bangsa dan Negara

Djamari Chaniago

Djamari Chaniago menjadi Menteri Politik dan Keamanan, selalu ingat pesan Presiden Prabowo Subianto untuk gunakan sisa umur berbakti untuk bangsa dan negara.(Ist)

JAKARTA, borneorevoew.co – Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) menceritakan pesan pertama dari Presiden Prabowo Subianto.

Supaya tokoh dari purnawirawan TNI itu, menggunakan sisa umurnya untuk kepentingan bangsa dan negara.

Kepada awak media, menteri dari kalangan militer yang pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI itu, bertanya berapa usianya sekarang?

Ia menjawab sendiri sudah 77 tahun.

Pesan moral dari Presiden itu, tentu harus menjadi panduan etik bagi Djamari Chaniago, dalam menjalankan tugas sebagai pembantu presiden mengurusi bidang politik dan keamanan.

Di luar Djamari, pesan dari presiden itu juga harus menjadi pegangan semua elemen bangsa, khususnya yang mendapat kesempatan dan kepercayaan menjadi pemimpin di negeri ini.

Kasus penyalahgunaan jabatan, seperti kesewenang-wenangan dan korupsi, menjadi titik tembak dari pesan spiritual mengenai sisa umur yang disampaikan oleh presiden tersebut.

Menjalani peran apapun dalam perjalanan bangsa dan negara yang dipercayakan oleh Tuhan untuk kita kelola, “gunakan sisa umur untuk bangsa dan negara”.

Hal ini menjadi sangat relevan sebagai panduan moral, agar kita selamat dalam kehidupan di saat ini maupun kehidupan di alam setelah kematian.

Bukan hanya untuk keselamatan personal, pesan moral dari presiden itu merupakan kunci ikhtiar.

Untuk secara bersama-sama, menyelamatkan bangsa dan negara yang diwariskan oleh para leluhur, termasuk para pejuang atas berdirinya negara bernama Indonesia ini.

Pesan itu bisa saja kita maknai sebagai pesan khusus karena Jenderal (Hor) Djamari Chaniago tergolong generasi tua.

Yang sisa hidupnya mungkin tidak akan lama, sehingga bisa menjalankan tugas untuk membawa bangsa dan negara ini, menjadi negara besar.

Hanya saja, kembali kepada ketentuan bahwa umur adalah rahasia Tuhan, maka menghitung sisa hidup manusia berusia 77 tahun tidak bisa menggunakan patokan matematis.

Mahathir Mohammad, mantan Perdana Menteri Malaysia, adalah salah satu contoh pejabat negara yang dilantik du usia di atas 90 tahun.

Bahkan, hingga kini, tokoh yang berusia 100 tahun itu, kondisi fisiknya masih prima.

Umur tidak bergantung pada hitungan matematika bahwa mereka yang sudah memasuki usia di atas 70 tahun akan segera mencapai titik akhir perjalanan hidup.

Umur adalah rahasia Tuhan yang sama sekali tidak bertumpu pada status tua. Generasi muda juga sama.

Berapapun usia kita, semua menghadapi kemungkinan, sekaligus kepastian yang sama, yakni menuju pada liang kematian.

Karena itu, berapapun usia kita, terutama yang kini mendapat amanah sebagai pemimpin, semangat untuk memanfaatkan sisa umur ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi.

Pesan presiden ini adalah panduan mulia bagi kita dalam menjalani hidup yang juga merupakan amanah dari Tuhan. Sebagai amanah, tentu nanti harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Apapun pilihan iman atau agama kita, di alam kematian jasad, semua akan mendapat pertanyaan yang sama, yakni digunakan untuk apa hidupmu di dunia?

Hal yang berbeda adalah luasan tanggung jawab dari peran kita masing-masing. Pertanggungjawaban seorang pejabat, dengan berbagai fasilitas keduniaan yang super lengkap dan mewah.

Tentu berbeda dengan pertanggungjawaban seorang rakyat biasa yang fasilitas hidupnya jauh dari kemewahan.

Kembali ke soal umur, para pejabat yang usianya jauh lebih muda dari Djamari Chaniago, bukan berarti bisa lepas dari pegangan hidup “gunakan sisa umur untuk bangsa dan negara”.

Entah kita tua atau muda, semuanya hanya menjalani peran untuk memanfaatkan sisa umur, untuk perbuatan baik yang bermanfaat.

Bagi mereka yang muda, justru menjadi momentum kesempatan untuk menunjukkan kepada bangsa dan negara ini bahwa mereka bekerja sebagai pejabat.

Bukan untuk kepentingan pribadi, apalagi untuk menumpuk kekayaan yang kesempatannya diperoleh ketika sedang menjabat.

Momentum ini menjadi kesempatan bagi para pejabat dari kalangan muda bahwa menerima amanah mengelola negeri ini merupakan kesempatan suci memanfaatkan sisa umur untuk memajukan bangsa dan negara kita.

Munculnya pemimpin bangsa dari kalangan generasi muda, dengan pegangan moral “gunakan sisa umur untuk bangsa dan negara.

Hal itu akan menjadi pemantik bagi generasi muda berikutnya, agar tidak apatis terhadap praktik politik praktis.

Selama ini dikesankan bahwa, politik sebagai dunia hidup yang kotor.

Politik bagian dari keniscayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah bersepakat memilih sistem demokrasi, sehingga sikap apatis dari satu generasi tidak boleh dibiarkan terus menguat.

Kaum muda yang mau mamanfaatkan sisa usianya untuk berkontribusi bagi perbaikan praktik berbangsa dan bernegara lewat jalur politik memang membutuhkan mental kuat.

Dalam sistem pemerintah yang menganut demokrasi ini, semua kebijakan dan perilaku akan selalu diawasi oleh rakyat, lebih-lebih di era digital ini.

Dengan pedoman bahwa semua peran yang kita jalankan adalah “memanfaatkan sisa umur”, maka apa yang kita kerjakan, terutama bagi pejabat.

Semua bermuara pada kepentingan rakyat banyak.

Panduan ini, jika kita pegang teguh akan membawa bangsa ini mampu mencapai dermaga cita-cita besar, yakni menjadi bangsa besar dan maju.

Apalagi, bangsa kita sudah menetapkan masa titik kemajuan ini dengan slogan “Indonesia Emas 2045”.

Exit mobile version