Menyusuri Pesona Sungai Sambas Lewat Wisata Sampan Tradisional

Sungai Sambas

SAMBAS, borneoreview.co — Kabupaten Sambas dikenal sebagai salah satu wilayah di Kalimantan Barat yang kaya akan jaringan sungai. Di antara aliran air yang membelah kota dan kampung, Sungai Sambas Besar menjadi nadi kehidupan masyarakat — tempat beraktivitas, bersosialisasi, dan kini, menjadi magnet baru bagi wisatawan.

Salah satu cara terbaik menikmati keindahan dan kehidupan di tepian air itu adalah dengan wisata sampan tradisional, yang belakangan mulai populer di kalangan pengunjung.

Perjalanan biasanya dimulai dari kawasan sekitar Keraton Sambas, yang berdiri megah di tepi sungai. Dari sini, wisatawan menaiki sampan tradisional dan menyusuri aliran air yang tenang. Sepanjang perjalanan, pemandangan khas Sambas tersaji: deretan rumah panggung, jembatan gantung kecil, masjid tua, hingga anak-anak yang bermain air di pinggir sungai.

Tidak ada deru mesin, hanya suara dayung yang membelah air dan kicauan burung dari pepohonan di tepian. Bagi banyak wisatawan, pengalaman ini menghadirkan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.

“Dayung harus digerakkan dengan seimbang agar sampan tetap berjalan lurus. Saat arus berubah, saya harus menyesuaikan arah dan kekuatan kayuhan,” kata seorang wisatawan yang menjajal kegiatan ini.

Aktivitas ini tidak hanya menjadi hiburan, tapi juga tantangan kecil yang menguji keseimbangan dan kesabaran.

Antara Wisata dan Budaya

Lebih dari sekadar atraksi alam, wisata sampan juga mencerminkan identitas budaya masyarakat Sambas yang erat dengan sungai. Sejak lama, air menjadi bagian dari keseharian — tempat mencuci, berdagang, dan berinteraksi sosial.

Tradisi lomba balap sampan bidar, misalnya, menjadi salah satu acara tahunan yang paling ditunggu. Dari sinilah lahir semangat kolektif untuk melestarikan budaya air melalui kegiatan wisata.

“Wisata sampan bukan hanya perjalanan fisik, tapi juga perjalanan budaya. Wisatawan bisa merasakan langsung bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan sungai,” ujar salah satu pegiat wisata lokal di Sambas.

Wisata ini juga mengandung nilai edukatif yang kuat. Dengan menaiki sampan, wisatawan belajar menghargai pentingnya sungai yang bersih dan sehat bagi kehidupan masyarakat. Beberapa komunitas lokal bahkan menggabungkan kegiatan wisata dengan kampanye kebersihan sungai dan konservasi alam.

Selain itu, wisata ini menjadi alternatif ramah lingkungan dibandingkan aktivitas wisata berbasis mesin. Tidak ada polusi suara, tidak ada asap bahan bakar — hanya harmoni antara manusia dan alam.

Bagi wisatawan yang ingin mencoba pengalaman ini, waktu terbaik adalah pagi atau sore hari, ketika cuaca lebih teduh dan pantulan cahaya di air menciptakan panorama yang indah.

Gunakan pakaian santai, alas kaki yang aman, dan pastikan membawa kamera — karena setiap sudut sungai menyimpan pesona yang layak diabadikan.

Disarankan pula menggunakan jasa pemandu lokal, agar perjalanan lebih aman sekaligus mendapatkan cerita-cerita menarik seputar sejarah sungai dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Wisata sampan di Sambas bukan sekadar atraksi wisata air, melainkan sebuah pengalaman mendalam untuk memahami karakter masyarakat pesisir sungai. Di atas sampan, wisatawan tidak hanya melihat keindahan alam, tapi juga menyaksikan denyut kehidupan yang berjalan alami dan bersahaja.

Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan dukungan masyarakat lokal, wisata sampan berpotensi menjadi ikon baru pariwisata Sambas — menawarkan keindahan, kearifan, dan ketenangan yang berpadu dalam satu aliran.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *