Miding: Tumbuhan Perintis Jenis Paku-Pakuan di Lahan Bekas Kebakaran

Miding (Stenochlaena palustris)

PONTIANAK, borneoreview.co – Kebakaran lahan yang berlangsung membuat teruk keadaan, terutama yang berlangsung di lahan gambut.

Asap dan abu yang dilepaskan, telah menyiksa dan mengakibatkan banyak korban. Banyak orang terganggu akibat infeksi saluran pernapasan akut, utamanya pada anak-anak dan orang tua.

Teramat besar jumlah karbon yang dilepaskan, akan berkontribusi pada peningkatan unsur ini di atmosfer. Yang diperkirakan akan berkontribusi pada terjadinya perubahan iklim global.

Paska kebakaran, lahan-lahan yang ada akan meregenerasi, mencari keseimbangan baru. Untuk mencapai kondisi semula pastinya tak akan terjadi, mencapai kondisi yang mendekatinya pun tidak.

Banyak tumbuhan muda dari beragam jenis akan bertumbuh. Salah satunya adalah miding atau paku merah.

Tumbuhan yang dikenal juga sebagai lemidi atau lemiding atau ramiding ini, memiliki nama ilmiah Stenochlaena palustris, yang masuk ke dalam paku-pakuan anggota suku Blechnaceae.

Miding berkembangbiak melalui spora, membuat tanaman efifit ini tersebar dengan cepat di lahan-lahan eks kebakaran. Bahkan, tak jarang tumbuhan ini mendominasi.

Di kampong halamanku, pucuk miding muda merupakan sayuran favorit bagi banyak warganya.

Pada masyarakat yang berasal dari Sambas, miding merupakan salah satu campuran di dalam makanan bernama bubur padas.

Aku sendiri lebih sering mengkonsumsinya dengan ditumis, campur belacan dan udang basah atu ebi. Ada pula yang merebusnya, kemudian dijadikan lalapan atau ditambahkan parutan kelapa hingga menjadi urap.

Tanaman ini memiliki banyak kandungan zat gizi yang bermanfaat. Seperti, Vitamin A, C, B2, karbohidrat, protein, serat atau fiber dan lemak, serta beberapa mineral.

Salah satu kandungan mineral yang bermanfaat dari miding adalah zat besi. Dimana dalam 100 gram pucuknya, terkandung 4,8 miligram zat besi.

Bagi ibu hamil, mengkonsumsi tanaman ini tentunya akan sang baik. Sebab, zat besinya sangat bermanfaat mencegah atau menyembuhkan anemia.

Banyak perempuan-perempuan di pedesaan yang tidak dalam kondisi hamil saja, sudah mengalami anemia atau kurang darah.

Tak mengherankan, jika pil zat besi kerap diberikan pada ibu hamil. Pada mereka ini, jika kehamilannya tetap dalam kondisi anemia, pasti akan membahayakan dirinya. Juga calon anaknya.

Anemia pada ibu hamil akan menyebabkan menyusutnya plasenta, dan mengancam pasokan makan ke janin.

Khawatirnya, kondisi ini akan membuat perkembangan janin terganggu. Bahkan, perkembangan si anak setelah dilahirkan, berpotensi menyebabkan stunting pada si anak.

Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *