PONTIANAK, borneoreview.co – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Barat (Kalbar) memperkuat literasi terkait aset kripto dan blockchain dengan menyasar sekitar 100 mahasiswa di Pontianak. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang penggunaan aset kripto yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Kepala OJK Kalbar, Rochma Hidayati, menjelaskan bahwa Indonesia, termasuk Kalimantan Barat, telah mengalami perkembangan signifikan dalam adopsi aset kripto. “Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam Global Crypto Adoption Index 2024 berdasarkan laporan Chainalysis, di bawah India dan Nigeria. Ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap aset kripto, sehingga literasi menjadi kunci utama dalam penggunaan yang aman dan bijak,” ujarnya di Universitas Tanjungpura Pontianak, Kamis (20/2/2025).
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), per Desember 2024 jumlah pelanggan aset kripto di Indonesia mencapai 22,9 juta akun dengan total nilai transaksi sebesar Rp650,6 triliun. Dari total investor kripto nasional, 5,1 persen berasal dari Kalbar, menunjukkan besarnya minat masyarakat daerah terhadap investasi digital.
Namun, menurut laporan Cryptoliteracy.org tahun 2024, pemahaman dasar masyarakat global terhadap aset kripto masih rendah, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, OJK menempatkan para Pedagang Aset Kripto sebagai aktor strategis dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
“Peran strategis tersebut dituangkan dalam POJK Nomor 22 Tahun 2023 tentang Pelindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan, yang mewajibkan pelaku usaha jasa keuangan, termasuk Pedagang Aset Kripto, untuk memberikan edukasi yang memadai kepada konsumen agar mereka dapat mengambil keputusan investasi dengan pemahaman yang komprehensif,” jelas Rochma.
Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak yang diwakili oleh Nella Yantiana menyambut baik inisiatif OJK Kalbar bersama Asosiasi Pedagang Aset Kripto dan Asosiasi Blockchain Indonesia dalam memberikan edukasi kepada mahasiswa.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat agar mahasiswa memahami bahwa setiap investasi memiliki risiko. Mereka perlu mengenali investasi dan memahami risikonya agar dapat berinvestasi secara aman dan terjamin,” katanya.
Dengan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia yang baru mencapai 65,43 persen berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, OJK Kalbar menegaskan perlunya peningkatan edukasi agar masyarakat semakin cerdas dalam berinvestasi, terutama di sektor aset digital. (Ant)