Minyak Makan Merah, Peluang Baru untuk Kesejahteraan Petani Sawit?

Minyak Makan Merah

NASIONAL, borneoreview.co – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkapkan keyakinannya bahwa minyak makan merah akan menjadi pendorong kesejahteraan baru bagi petani sawit di Indonesia. Dalam acara peletakan batu pertama pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah Koperasi Unit Desa (KUD) Sejahtera di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, Teten menekankan bahwa inovasi ini dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi hasil kebun sawit.

Dengan pabrik ini, Teten berharap petani tidak hanya menjadi pemasok bahan baku, tetapi juga memperoleh keuntungan dari produk olahan yang berkualitas.

“Kalau bisa petani mendapat nilai tambah dari kebun sawitnya, bukan hanya dijual TBS (tandan buah segar), tetapi bisa diolah,” ujarnya.

Minyak makan merah, sering disebut sebagai minyak sawit merah atau minyak kelapa sawit merah, adalah jenis minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).

Berbeda dengan minyak kelapa sawit biasa yang biasanya memiliki warna bening atau kuning pucat, minyak makan merah memiliki warna merah khas yang disebabkan oleh kandungan beta-karoten dan lycopene, dua jenis pigmen alami yang juga ditemukan dalam wortel dan tomat.

Teten menjamin keamanan dan kualitas minyak ini, meskipun ada tantangan dari standar pasar Eropa yang lebih memilih minyak bening. Ia menjelaskan bahwa meskipun beberapa komponen berharga seperti vitamin harus dikeluarkan, minyak makan merah tetap memiliki keunggulan dalam hal rasa dan nilai gizi.

“Saya sudah coba beberapa kali dengan para chef profesional. Mereka uji, mereka coba sampai deep frying dan rasa tidak berubah serta gizinya tinggi,” tambahnya.

Pabrik minyak makan merah ini direncanakan akan memiliki kapasitas produksi yang signifikan, dengan target menghasilkan 7,5 ton minyak per hari dari seribu hektare lahan. Proyek ini tidak hanya akan memenuhi kebutuhan lokal di dua kecamatan, tetapi juga memiliki potensi untuk pemasaran yang lebih luas, mencakup 15 kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin.

Pj. Bupati Musi Banyuasin, Sandi Fahlepi, menekankan pentingnya koperasi dalam pengembangan ekonomi lokal, terutama dalam sektor pertanian yang merupakan tulang punggung perekonomian daerah tersebut.

Menurutnya, Koperasi seperti KUD Sejahtera memainkan peran penting dalam pengembangan industri lokal yang dapat memberikan manfaat langsung kepada petani.

KUD Sejahtera, yang telah berdiri sejak 1984, kini mengelola 2.206 hektare lahan dan memiliki lebih dari 1.500 anggota dengan aset lebih dari Rp110 miliar. Ketua KUD Sejahtera, Muhammad Tamrin, mengungkapkan bahwa pembangunan pabrik CPO mereka yang kini mencapai 46 persen akan terintegrasi dengan pabrik minyak makan merah.

Dengan berbagai potensi yang ditawarkan, minyak makan merah diharapkan dapat menjadi terobosan baru dalam industri pengolahan sawit, memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi petani, serta memperkuat posisi produk lokal di pasar domestik dan internasional.

Sebagai informasi tambahan, perkebunan sawit di Indonesia merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian nasional. Indonesia adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan perkebunan sawit yang membentang luas di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Perkebunan sawit menyumbang signifikan terhadap pendapatan negara serta lapangan pekerjaan bagi jutaan orang. Namun, sektor ini juga menghadapi tantangan besar, termasuk isu deforestasi, dampak lingkungan, dan perlunya praktik berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *