JAKARTA, borneoreview.co – Museum Bank Indonesia (BI), kini berdiri megah di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Bangunan BI memiliki sejarah panjang dalam, dunia perbankan di tanah air.
Dari museum inilah, terekam catatan dan jejak transformasi dari De Javasche Bank, hingga menjadi Bank Indonesia yang kita kenal saat ini.
Museum Bank Indonesia yang dibangun pada 1828, merupakan cagar budaya yang tetap terawat. Bahkan, banyak ornamen gedung masih asli.
Bangunan museum dengan fasad yang sangat indah ini, dulunya milik Hindia Belanda dengan nama Netherlands Indies Gulden. Atau, De Javasche Bank yang menjadi bank sentral milik Hindia Belanda.
Sejarah Museum Bank Indonesia tidak bisa lepas dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. De Javasche Bank yang dibentuk pada 1828, sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda.
Selama perjalanan sejarahnya, gedung ini mengalami banyak perubahan dan perbaikan yang mencerminkan perubahan zaman dan fungsi yang diemban pada masanya.
Arsitektur Museum Bank Indonesia merupakan kombinasi dari gaya kolonial Belanda dan gaya arsitektur modern.
Gedung ini didesain oleh arsitek ternama Belanda Eduard Cuypers, yang menerapkan elemen arsitektur Eropa Neoklasik.
Beberapa fitur menonjol dari bangunan ini, di antaranya adalah fasad yang megah dan menawan dengan detail arsitektur yang rumit.
Desain arsitektur gedung Museum Bank Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi.
Juga sebagai ruang interaksi bagi masyarakat untuk belajar tentang sejarah ekonomi dan keuangan di Tanah Air.
Koleksi Museum Bank Indonesia yang dipaparkan oleh edukator museum, Trie Kanthi Wigati, memiliki berbagai koleksi yang mencerminkan sejarah keuangan dan perbankan Indonesia.
Dimulai dari sejarahnya yang ditampilkan dalam film dokumenter selama 12 menit hingga transformasi alat pembayaran masa kerajaan hingga saat ini.
Berbagai jenis mata uang dari zaman Kerajaan pada abad ke-14, kolonial (Hindia Belanda), Nica hingga era kemerdekaan dan sekarang.
Koleksi ini memberikan gambaran tentang perkembangan sistem keuangan di Indonesia dari masa ke masa.
Usai disuguhi tayangan transformasi bangunan gedung yang sangat apik, pengunjung diajak menyusuri lorong waktu yang menyuguhkan visual patung lilin yang menggambarkan kegiatan perbankan di berbagai lini masa.

Bagaimana transaksi antara nasabah dengan petugas perbankan kala itu, nasabah memasuki bilik satu per satu untuk mendapatkan layanan.
Tak hanya visual dan patung lilin, kegiatan perbankan pada zaman dahulu. Banyak ruang yang ditata dengan apik, runut sesuai masanya yang membuat pengunjung dengan mudah mengingat dan memahami, hanya berdasarkan caption foto atau replika yang disuguhkan.
Apalagi, visual patung lilin yang menggambarkan kegiatan perbankan masa Hindia Belanda, cukup memanjakan mata.
Edukasi Masyarakat
Kehadiran Museum Bank Indonesia tak hanya mengenalkan masyarakat akan keberadaannya yang semakin dikenal sebagai bank sentral di Indonesia.
Namun, mampu membuka cakrawala masyarakat luas, tidak hanya pelajar, mahasiswa, masyarakat umum pun kini kian dekat. Bahkan, banyak program BI kian melekat di benak masyarakat.
Di Museum Bank Indonesia, pengunjung tidak hanya bisa menikmati ruang pamer yang bisa dibilang estetik. Namun pengujung juga banyak belajar terkait kebanksentralan, termasuk mengenal beragam uang.
Mulai zaman kerajaan pada abad ke-14 hingga sebagai sistem pembayaran perbankan modern seperti yang berlaku saat ini.
Dalam perjalanannya, De Javasche Bank mengawali jejak lahirnya Bank Indonesia.
Meski Jepang pada akhirnya menguasai Hindia Belanda, bank ini tetap berfungsi sebagai bank sentral hingga kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Akhirnya, Indonesia pun berhasil menjadikan bangunan yang menjadi cikal bakal lahirnya bank sentral Indonesia pada 1963.
Namun, bangunan megah ini pada 2006 diubah fungsinya menjadi museum, dan pada 21 Juli 2009 diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah beralih fungsi menjadi Museum Bank Indonesia, masyarakat luas bisa lebih leluasa belajar sejarah lahirnya Bank Indonesia.
Bahkan, beragam informasi seperti kebijakan moneter dan sistem pembayaran yang terus berubah sesuai perkembangan zaman.
Yang membuat takjub, di dalam bangunan megah Museum Bank Indonesia ini juga terdapat tiruan emas batangan yang ditempatkan di ruangan khusus.
Pengunjung dapat memegang emas batangan tiruan itu, di mana beratnya juga dibuat sama dengan emas aslinya sekitar 13 kilogram.
Selain mempunyai koleksi sejarah, pengunjung juga bisa memanfaatkan fasilitas lain, seperti pusat informasi Bank Indonesia, ruang auditorium, dan beberapa lokasi lainnya.
Museum Bank Indonesia merupakan salah satu tempat bersejarah yang menyimpan banyak informasi penting mengenai sejarah.
Juga perkembangan sistem keuangan di Tanah Air, dan memiliki nilai edukasi yang paripurna tentang kebanksentralan.
Dengan arsitektur yang indah, koleksi yang beragam dan lengkap, serta edukasi yang dilakukan pengelola, Museum Bank Indonesia menjadi tujuan wisata edukasi prioritas yang menarik.
Terutama untuk mengenal lebih dalam, tentang sejarah lahirnya Bank Indonesia.
Daftar Gubernur Bank Indonesia dari masa ke masa
1.Sjafruddin Prawiranegara (1953-1958)
2.Loekman Hakim (1958-1959)
3.Soetikno Slamet (1959-1060)
4.Soemarno (1960-1963)
5.T Jusuf Muda Dalam (1963-1966)
6.Radius Prawiro (1966-1968) dan (1968-1973)
7.Rachmad Saleh (1973-1978) dan (1978-1983)
8.Arifin Siregar (1983-1988)
9.Adrianus Mooy (1988-1993)
10.Sudrajad Djiwandono (1993-1998)
11.Syahril Sabirin (1998-2003)
12.Burhanuddin Abdullah (2003-2008)
13.Boediono (2008-2009)
14.Miranda Goeltom (Mei 2009-Juli 2009/Plt Gubernur BI)
15.Darmin Nasution (Juli 2009-September 2010/Plt) dan 2010-2013
16.Agus D W Martowardojo (2013-2018)
17.Perry Warjiyo (2018-sekarang)