Otorita Mau IKN Menjadi Kota Tanpa Sampah

PENAJAM PASER UTARA, borneoreview.co – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), salah satunya adalah membebaskan kota dari sampah.

IKN yang dibangun pada sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) ini memang memilki target pencapaian bebas sampah (zero waste).

“Ibu kota baru Indonesia harus diwujudkan sebagai kawasan hunian yang nyaman bagi semua,” ujar Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN, Myrna Asnawati Safitri di Penajam, Rabu (28/8/2024).

IKN menerapkan pengelolaan sampah berkelanjutan, sampah yang dihasilkan dikelola di tempat pengelolaan sampah terpadu yang dijalankan dengan prinsip ekonomi sirkular.

Dengan demikian, kata Myrna, selain mendatangkan manfaat ekonomi untuk masyarakat, juga sejalan dengan target pencapaian bebas sampah (zero waste) di ibu kota baru Indonesia.

Prinsip ekonomi sirkular merupakan konsep memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang.

Sebelum sampah atau limbah terbentuk sudah diminimalisasi agar jangan sampai sampah atau limbah tersebut terbentuk. OIKN lebih bijaksana dalam pencegahan, sehingga sampah yang terbentuk tidak akan banyak di ibu kota baru Indonesia.

“Kota Nusantara minim sampah dengan menerapkan perilaku bijak dalam berbelanja untuk minimalisasi sisa produk,” ujarnya.

Minim sampah melalui induksi pengelolaan sampah IKN, lanjut dia, yakni tidak menggunakan botol minuman dan wadah makanan sekali pakai. Kemudian, tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai dan tidak menyisakan makanan agar tidak menjadi sampah.

“Tempat sampah yang tersedia sudah dibagi tiga wadah, jadi buang sampah sesuai jenis, yakni sampah organik, sampah dapat didaur ulang dan sampah lainnya,” katanya.

Sistem pengelolaan sampah dan limbah di Kota Nusantara bekerja sama dengan institusi dan dinas teknis terkait. “Dan, dibutuhkan kolaborasi warga yang tinggal di ibu kota baru Indonesia,” pungkas kata Myrna Asnawati Safitri. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *