PONTIANAK, borneoreview.co – Belakangan budidaya padi apung semakin marak, terutama di kawasan yang memiliki lahan tergenang.
Padi apung merupakan teknik budidaya yang menggunakan rakit sebagai wadah tanam. Dan, teknik ini sudah banyak digunakan oleh petani di daerah risiko banjir.
Melansir berbagai sumber, Rabu (9/4/2025), pada dasarnya teknologi budidaya padi apung sama seperti budidaya padi di sawah. Hanya saja implementasi budidaya ini dilakukan pada lahan tergenang.
Pun metode tanam padi yang dipergunakan pada budidaya padi apung sama halnya dengan budidaya di lahan sawah irigasi, yaitu:
1. Tanaman bibit berumur 21 hari setelah semai.
2. Bibit ditanam satu atau dua bibit per lubang.
3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Penyiangan bibit padi sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari, menggunakan pupuk NPK dengan dosis rekomendasi setempat.
Berikut tujuan dari padi apung:
1. Menjadikan lahan tidak produktif menjadi produktif selama satu musim tanam.
2. Menghemat biaya karena petani tidak perlu membajak lahan, tidak membutuhkan penyiraman air dan tidak membutuhkan perawatan untuk menyiangi rumput.
3. Terbebas dari kekeringan.
4. Memberdayakan petani guna meningkatkan kesejahteraan para petani.