Site icon Borneo Review

Panganan Bergula: Meski Sederhana, Tetap Jadi Pilihan Favorit Anak

Rambut Maknyah

Jajanan anak-anak tempo dulu, Rambut Maknyah atau Rambut Nenek saat ini sulit ditemukan.(Ist)

PONTIANAK, borneoreview.co – Jajanan atau panganan di masa kecilku dulu di Pontianak, masih terbatas pilihannya, jika dibandingkan anak-anak sekarang.

Warung penjual panganan dan penjaja keliling pun belum sebanyak sekarang. Apalagi keberadaan aplikasi online, yang mampu menghadirkan pilihan jajanan sampai ke kamar tidur anak-anak.

Jangan pula berharap jajanan yang ada telah dikemas dengan ciamik. Tapi, dengan segenap kesederhanaan di masa itu, hatiku tetap tergoda saat melihat jajanan-jajanan yang ada.

Terutama jajanan yang manis rasanya dan berkadar gula tinggi. Setidaknya, ada tiga jenis jajanan bergula yang dulu menjadi favoritku dan teman-teman sebayaku.

Rambot maknyah atau di banyak tempat lainnya di Nusantara dinamai rambut nenek.

Makanan ini biasanya dijual oleh pedagang keliling. Mereka menyasar jam istirahat atau bubaran anak sekolah.

Selain menjual kudapan ini, pedagangnya kerap pula menjual mainan sebagai daya tarik dagangannya.

Makanan ini terbuat dari campuran gula pasir dan tepung yang diberi pewarna makanan.

Dalam pembuatannya, sang pedagang akan menarik-narik adonannya sedemikian rupa, sehingga adonan akan berbentuk menyerupai rambut atau benang.

Entah mengapa, di kampong halamanku, Pontianak digunakan pelabelan makyah. Yang merupakan panggilan bagi ibu-ibu atau perempuan dewasa Tionghoa di kampung halamanku.

Padahal, tak semua maknyah rambutnya berwarna. Malah lebih banyak yang berambut hitam, seperti kebanyakan orang.

Ada juga jajanan manis bernama Telok cicak. Biasanya dibungkus dalam kemasan kecil-kecil dan dijual berenceng, di warung-warung sekitar perumahan atau di kantin sekolah.

Biasanya penjualnya menyisipkan mainan, seperti tentara plastik mini atau lak (dakocan).

Ada yang telok cicaknya pejal berisi campuran gula, tepung dan pewarna makanan saja.

Namun, ada pula yang kulitnya saja yang berasa manis, sementara isi dalamnya adalah sejenis kacang.

Ada yang dijual dengan satu warna saja, namun ada juga yang beragam warna. Semakin berwarna-warni, tentu semakin menggoda bagi anak-anak seumurku saat itu.

Gula tarik atau di banyak tempat dikenal sebagai gulali, bahan pembuatnya adalah dari gula pasir yang diberi pewarna makanan agar menarik.

Adonan gula yang dipanaskan menjadi karamel dibentuk menjadi beragam bentuk. Seperti, bunga dan binatang, sebelum membeku.

Ada juga pedagang yang membentuknya dengan meniup menjadi semacam peluit yang dapat berbunyi.

Bentuk-bentuk yang bagus dan lucu menjadi penarik minat anak-anak untuk membelinya.

Nah, akibat banyak anak-anak di kampong halamanku yang senang mengkonsumsi jajanan bergula, tak mengherankan banyak yang ketika dewasanya menjadi manis-manis dipandang.

Sayangnya, banyak juga yang kalau senyum atau tertawa yang tampak rongak (ompong)-nya.

Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)

Exit mobile version