KUBU RAYA, borneoreview.co – Pemerintah Kabupaten Kubu Raya terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit untuk meningkatkan daya saing sektor kelapa sawit. Langkah tersebut diwujudkan melalui pembangunan infrastruktur serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) petani sawit.
Salah satu program unggulan adalah pelatihan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang digelar selama tiga hari di Sungai Raya. Pelatihan ini diikuti oleh 50 peserta dan bertujuan untuk meningkatkan mutu serta nilai jual produk sawit Kubu Raya di pasar global.
“Sertifikasi ISPO memberikan pengakuan terhadap praktik berkelanjutan yang diterapkan di kebun sawit, sekaligus membuka akses ke pasar internasional,” kata Pj Bupati Kubu Raya, Syarif Kamaruzaman, Rabu (4/12).
Ia menjelaskan, 80 persen DBH Sawit dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, sementara 20 persen lainnya digunakan untuk pelatihan. “Ini adalah bentuk nyata dukungan pemerintah pusat bagi Kubu Raya,” tambahnya.
Dana Bagi Hasil Sawit berasal dari bea keluar dan pungutan ekspor minyak sawit (CPO). Sebanyak 4 persen dari dana tersebut dialokasikan untuk daerah penghasil sawit dan wilayah sekitarnya.
Kepala Dinas Perkebunan Kubu Raya, Elfizar Idrus, menyampaikan bahwa selain pelatihan ISPO, pemerintah juga mengadakan pelatihan Internal Control System (ICS). Program ini bertujuan memastikan petani sawit menerapkan standar pengelolaan kebun yang baik dan berkelanjutan.
“Dengan pelatihan ini, petani diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil kebun mereka sehingga lebih kompetitif di pasar global,” ujar Elfizar.
Langkah ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Kubu Raya dalam mendukung petani sawit melalui kebijakan yang berdampak nyata, baik di tingkat lokal maupun internasional. (Ant)