PONTIANAK, borneoreview.co – Pembibitan kelapa sawit adalah suatu proses penting dalam perkebunan, dari sini semuanya berawal.
Pasalnya, jika salah langkah, pembibitan kelapa sawit hanya menghasilkan bibit pohon yang di kemudian hari tak maksimal.
Itulah sebab, butuh standar pembibitan kelapa sawit yang benar dan perkebunan harus paham itu.
Melansir berbagai sumber, Kamis (4/9/2025), nyatanya masih banyak pembibitan kelapa sawit yang belum memenuhi standar.
Berikut beberapa pembibitan kelapa sawit yang belum memenuhi standar yang kerap dijumpai di Indonesia:
1. Salah Pilih Lokasi
Lokasi pembibitan kelapa sawit tidak direkomendasikan berada di lahan gambut maupun lahan yang mudah tergenang air.
Lokasi pembibitan kelapa sawit yang dianjurkan adalah lahan mineral berupa hamparan terbuka dengan topografi yang rata.
Kebun pembibitan kelapa sawit harus memiliki sistem drainase yang baik, dekat dengan sumber air, serta memiliki akses jalan yang baik dan layak.
Luas kebun pembibitan juga harus disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan diproduksi terdapat jarak tanam untuk ruang pertumbuhan bibit, dan jalan untuk pengawasan/pemeliharaan.
2. Belum Dua Tahap
Pembibitan kelapa sawit bisa dilaksanakan dengan satu tahap (single stage) atau dua tahap (double stage).
Pembibitan kelapa sawit satu tahap dilakukan dengan cara penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery).
Sedangkan pembibitan kelapa sawit dua tahap (double stage) dilakukan dengan pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu selama minimal ±3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (main nursery) dengan polybag berukuran lebih besar.
Pembibitan kelapa sawit satu tahap hanya direkomendasikan apabila bibit yang dikelola kurang dari 2.000 batang.
Dan, pembibitan kelapa sawit dua tahap ini sangat direkomendasikan dan lebih menjamin kualitas bibit yang dihasilkan karena melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pre nursery maupun di main nursery.
3. Penanaman Terlalu Dangkal
Penanaman bibit yang terlalu dangkal dapat menyebabkan bibit mudah rebah.
Kecambah kelapa sawit dianjurkan ditanam pada kedalaman ± 1,5 cm dari permukaan tanah.
4. Salah Posisi Penanaman
Pada saat penanaman perlu diperhatikan posisi dan arah kecambah yaitu bakal daun (plumula) menghadap ke atas dan bakal akar (radikula) menghadap ke bawah.
Ciri-ciri bakal daun adalah bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan bentuk bakal akar agak tumpul dan berwarna lebih kuning dari bakal daun.
5. Keterlambatan Penanaman
Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah.
Contihnya, bakal akar dan daun akan menjadi panjang sehingga mudah patah dan mempersulit penanaman.
Kecambah juga akan mengalami kerusakan karena lebih rentan terserang jamur dan menjadi tidak segar, kecambah akan terlihat mati/kering karena kekurangan air ataupun menjadi busuk pada akar atau daun.
6. Terlalu Rapat
Jarak tanam antar polybag di main nursery yang dianjurkan adalah minimal 70 cm x 70 cm.
Pasalnya, jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan tanaman mengalami etiolasi dan lebih mudah menyebarkan patogen yang merupakan penyebab penyakit daun kelapa sawit.
7. Gulma tidak terkendali
Kebersihan lahan dari gulma merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit daun pada tanaman kelapa sawit.
Hal ini disebabkan karena gulma dapat bertindak sebagai inang alternatif bagi Curvularia (penyebab penyakit bercak daun) dan Anthracnose (penyebab penyakit busuk daun).
Kedua patogen ini menjadi penyebab penyakit daun pada tanaman kelapa sawit tersebut yang bersifat airborne pathogen sehingga harus diwaspadai ketika terjadi hujan dan ketika adanya hembusan angin kuat yang akan memindahkan spora dari sumbernya ke pertanaman kelapa sawit.
8. Salah pengaplikasian
Herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma di sekitar polybag di main nursery kelapa sawit, tetapi pengaplikasian herbisida harus sangat hati-hati.
Pasalnya, daun yang terkena percikan herbisida dapat mengalami kerusakan seperti terbakar.
Jenis dan dosis herbisida yang digunakan juga perlu diperhatikan dengan menyesuaikan gulma yang ada di kebun pembibitan.
9. Salah teknik
Penyiraman langsung yang terlalu banyak (terlalu deras) dapat menyebabkan akar benih terbongkar.
Penyiraman yang kurang merata juga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Bibit akan tumbuh normal apabila kebutuhan airnya terpenuhi.
Volume air yang dibutuhkan untuk tanaman kelapa sawit di pre nursery adalah 300 ml air per batang per hari, sedangkan di main nursery adalah 3 liter air per batang per hari.
10. Salah dosis
Pemupukan dilakukan berdasarkan jenis, dosis dan jadwal yang direkomendasikan oleh masing-masing pemilik varietas, sehingga tidak dijumpai gejala kekurangan unsur hara pada tanaman.
Jika dosis pemupukan tidak sesuai, akibatnya akan mempengaruhi pertumbuhan pada bibit sawit menjadi tidak berkualitas.
11. Salah waktu pemindahan
Pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery yang terlalu cepat dapat menimbulkan efek hangus (scorching).
Sedangkan pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery yang terlalu lambat akan menyebabkan etiolasi.
Waktu yang tepat untuk pemindahan bibit kelapa sawit dari pre nursery ke main nursery yaitu saat bibit berumur ± 12 minggu (3 bulan) setelah tanam.***