SAMARINDA, borneoreview.co – Prosesi Belimbur menjadi puncak sakral yang menghiasi Festival Erau Adat Kutai 2024, mempersembahkan simbol keabadian adat leluhur dan keberlangsungan tradisi di tanah Kutai, Kalimantan Timur. Acara yang dimulai sejak Sabtu (21/9) ini mencapai puncaknya dengan ritual suci yang menggabungkan kearifan lokal dengan spiritualitas tinggi.
“Pada saat prosesi Belimbur, kita berdoa agar seluruh rangkaian prosesi adat ini berlangsung dengan hikmat dan tertib, memberi citra yang baik bagi Kalimantan Timur dan Nusantara,” ujar Pjs Bupati Kutai Kartanegara, Bambang Arwanto, di Tenggarong.
Sebelum Belimbur, masyarakat menyaksikan prosesi Mengulur Naga yang mengarak replika Naga Laki dan Naga Bini dari Tenggarong ke Kutai Lama.
Di muara Sungai Mahakam, tubuh kedua naga dilarung sebagai persembahan kepada penguasa alam gaib, sementara kepala dan ekornya disemayamkan di Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Ritual Belimbur bukan hanya simbolis, melainkan sebagai sarana komunikasi antara alam nyata dan alam gaib. Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura melaksanakan ritual Berumbang dan Rangga Titi di Tenggarong, sebagai persiapan spiritual sebelum prosesi.
Belimbur sendiri adalah ritual pencucian diri dengan air suci (Air Tuli) dari Kutai Lama, yang dipercikkan ke tubuh dengan Mayang Pinang serta ke empat penjuru mata angin. Ini melambangkan pembersihan diri dari pengaruh jahat dan permohonan perlindungan dari Yang Maha Kuasa.
Bambang Arwanto menekankan pentingnya menjaga ketertiban dan menghormati nilai-nilai adat istiadat Kutai agar ritual berjalan lancar. Tata krama Belimbur diatur oleh titah Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, meminta agar rakyat mematuhi aturan untuk menjaga kesucian prosesi ini.
Pangeran Aji Amijoyo dari Kesultanan Kutai ing Martadipura menambahkan bahwa festival ini tidak hanya menggambarkan kearifan lokal namun juga membanggakan masyarakat Kalimantan Timur. “Erau adalah identitas bangsa melalui kearifan lokal dan semangat melestarikan tradisi,” ucapnya.
Selain nilai budaya, Erau juga memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat Kutai Kartanegara dan potensi pariwisata Kalimantan Timur. Festival ini diharapkan menjadi citra eksklusif yang membanggakan bagi seluruh masyarakat.
Dengan demikian, Festival Erau Adat Kutai 2024 tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga menjadi titik cahaya dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. (Ant)