Site icon Borneo Review

Peran Perempuan dalam Industri Perkebunan Sawit

PONTIANAK, borneoreview.co – Industri kelapa sawit menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, namun di balik produksinya, terdapat kontribusi besar perempuan yang kerap luput dari sorotan publik. Mulai dari bekerja sebagai pemupuk, pemanen loose fruit, hingga mengurus administrasi koperasi petani sawit, perempuan memegang peran penting dalam menjaga rantai pasok sawit tetap berjalan. Sayangnya, mereka masih menghadapi tantangan besar terkait akses, perlindungan, dan pengakuan atas kontribusinya.

Di perkebunan sawit, banyak perempuan bekerja sebagai buruh harian lepas untuk menyemprot pestisida, memupuk tanaman, dan mengumpulkan buah sawit yang jatuh. Pekerjaan ini sering dilakukan tanpa alat pelindung yang memadai, upah yang lebih rendah dibanding pekerja laki-laki, serta tanpa jaminan sosial yang layak. Setelah bekerja di kebun, mereka tetap memikul tanggung jawab domestik di rumah, sehingga beban ganda menjadi bagian dari keseharian mereka.

Paparan pestisida tanpa alat pelindung dapat memicu gangguan pernapasan, iritasi kulit, hingga risiko kesehatan serius seperti gangguan saraf dan gangguan hormon. Selain itu, kondisi kerja di kebun sawit yang keras, cuaca panas, dan target kerja tinggi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental perempuan pekerja sawit.

Perempuan sering kali terpinggirkan dalam pengambilan keputusan, baik di tingkat keluarga petani maupun koperasi sawit. Mereka jarang dilibatkan dalam pelatihan budidaya sawit berkelanjutan, manajemen keuangan kebun, atau diskusi terkait sertifikasi sawit berkelanjutan seperti ISPO atau RSPO. Padahal, keterlibatan perempuan dalam pengelolaan kebun dapat meningkatkan efisiensi, adopsi praktik pertanian baik, serta mendorong keberlanjutan industri sawit.

Perempuan sebagai Agen Perubahan

Sejumlah inisiatif telah menunjukkan bagaimana pemberdayaan perempuan membawa dampak positif dalam industri sawit. Misalnya, pelatihan budidaya sawit berkelanjutan bagi petani perempuan dan istri petani sawit telah membantu mereka memahami praktik pertanian ramah lingkungan, manajemen keuangan, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

Program-program ini telah melahirkan perempuan yang memimpin koperasi petani sawit, menjadi auditor internal sertifikasi, serta berperan dalam administrasi dan pengelolaan kebun yang lebih transparan. Dengan akses pengetahuan yang setara, perempuan dapat menjadi motor penggerak keberlanjutan dalam industri sawit.

Pemberdayaan perempuan dalam industri sawit bukan hanya berdampak pada kesejahteraan perempuan itu sendiri, tetapi juga berdampak pada peningkatan produktivitas dan efisiensi industri sawit. FAO mencatat, jika perempuan memiliki akses dan kesempatan yang sama seperti laki-laki dalam sektor pertanian, produktivitas dapat meningkat hingga 30%.

Selain itu, keterlibatan perempuan juga mendorong adopsi praktik pertanian berkelanjutan, yang sejalan dengan upaya menjaga lingkungan dan mendukung target net zero emission Indonesia.

Untuk mewujudkan industri sawit yang berkelanjutan dan berkeadilan, berikut beberapa langkah yang perlu diperkuat:
– Memastikan perlindungan dan kesehatan kerja perempuan, termasuk ketersediaan alat pelindung diri, hak cuti melahirkan, dan sarana pendukung perempuan di tempat kerja.
– Meningkatkan akses perempuan pada pelatihan dan pengetahuan budidaya sawit berkelanjutan.
– Mendorong perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat keluarga petani, koperasi, hingga asosiasi petani sawit.
– Memastikan kebijakan sertifikasi sawit berkelanjutan mengintegrasikan prinsip kesetaraan gender.

Perempuan bukan sekadar pekerja pendukung dalam industri sawit, tetapi juga agen penting untuk keberlanjutan industri ini. Memberdayakan perempuan berarti memperkuat rantai pasok sawit dari hulu hingga hilir, sekaligus menjawab tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi secara berkelanjutan.

Dengan memberikan ruang, akses, dan perlindungan bagi perempuan dalam industri sawit, Indonesia dapat membawa industri sawit menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.***

Exit mobile version