PALANGKA RAYA, borneoreview.co – Perkebunan kelapa sawit mendominasi penggunaan lahan di Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 2,3 juta hektare. Data ini disampaikan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2023. Senator Agustin Teras Narang menilai bahwa potensi ini harus dimaksimalkan untuk mendorong perekonomian daerah.
“Dari luas lahan tersebut, pemerintah provinsi diproyeksikan akan menerima dana bagi hasil sekitar Rp23,8 miliar pada 2025,” ujar Teras. Jika dijumlahkan, penerimaan dari seluruh 14 kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah diperkirakan mencapai Rp117,89 miliar. Kabupaten Kotawaringin Timur menjadi penerima terbesar dengan Rp16,6 miliar, sementara Barito Selatan tercatat mendapat bagian terendah sebesar Rp2,56 miliar.
Namun, Teras menyoroti bahwa kontribusi sektor sawit ini masih tertinggal dibandingkan sektor pertambangan yang menyumbang Rp1,79 triliun ke provinsi. “Kesenjangan ini menunjukkan perlunya analisis mendalam untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor perkebunan,” tegas mantan Gubernur Kalimantan Tengah dua periode itu.
Ia mendorong hilirisasi produk sawit untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. “Produksi dari 2,3 juta hektare lahan sawit, khususnya Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya, memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak perekonomian daerah,” jelasnya.
Selain itu, Teras menekankan perlunya evaluasi terhadap distribusi penerimaan antara pusat dan daerah. Menurutnya, daerah penghasil harus mendapat manfaat yang lebih besar dari sumber daya alam.
Lebih lanjut, ia menyerukan pengembalian hasil produksi sawit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. “Kita harus memastikan bahwa perkembangan sawit juga membawa pembangunan yang adil bagi masyarakat setempat,” pungkasnya. (Inf)