Site icon Borneo Review

Perkuat Ketahanan Pangan Nasional, PalmCo dan Agrinas Perbesar Produksi Minyak Goreng

minyak goreng

Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko K Santosa yang mengatakan akan memperbesar kapasitas produksi minyak goreng. ANTARA/HO-PalmCo

JAKARTA, borneoreview.co – PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) PalmCo menyatakan siap memperkuat produksi minyak goreng rakyat bermerek Minyakita bersama PT Agrinas Palma Nusantara (Persero).

Usaha produksi minyak goreng ini guna memperkuat ketahanan pangan nasional, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.

Hal ini bukan masalah karena PalmCo tidak hanya akan fokus sebagai produsen CPO, melainkan juga memperluas peran sebagai penggerak industri hilir mulai dari refinery, minyak goreng, hingga biodiesel.

“Langkah ini sebagai tindak lanjut arahan Presiden Prabowo yang memerintahkan Agrinas untuk berkolaborasi dengan PalmCo dalam memperbesar kapasitas produksi minyak goreng yang terjangkau dan berkualitas,” kata Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko K Santosa dalam keterangan di Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Dia mengatakan, sinergi antara PalmCo dan Agrinas menjadi kunci percepatan program Minyakita sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional, khususnya di sektor minyak goreng.

“Kami memiliki kapasitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung produksi Minyakita. Kolaborasi ini akan mempercepat realisasi target pemerintah dalam memenuhi kebutuhan minyak goreng masyarakat,” ujarnya.

PalmCo, yang selama ini dikenal sebagai salah satu produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Indonesia, saat ini tengah menjalani transformasi menuju hilirisasi sawit.

Salah satu modal utama PalmCo dalam mendukung program ini adalah keberadaan fasilitas refinery anak usahanya, PT Industri Nabati Lestari (INL), di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara.

Fasilitas tersebut memiliki kapasitas hingga 600 ribu ton per tahun dan saat ini sedang dikembangkan untuk memproduksi berbagai produk turunan sawit seperti RBD Olein yang menjadi bahan baku minyak goreng, serta Stearin dan PFAD untuk kebutuhan industri lainnya.

“Ketersediaan bahan baku yang stabil dari PTPN dan tambahan pasokan dari Agrinas menjadi jaminan keberlanjutan produksi Minyakita. Ini tidak hanya soal harga yang terjangkau bagi masyarakat, tetapi juga mutu produk yang sesuai standar nasional,” tuturnya.

Saat ini, PalmCo dan Agrinas tengah mengkaji berbagai aspek teknis dan bisnis agar sinergi ini berjalan efektif dan dapat memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan Indonesia.

Selain peningkatan kapasitas produksi, PalmCo juga fokus pada pengembangan sumber daya manusia melalui program reskilling dan upskilling untuk karyawan agar siap menghadapi tantangan di sektor hilir.

“Transformasi ini adalah proses bertahap. Kami menyiapkan PalmCo menjadi pemain utama hilirisasi sawit yang tidak hanya menghasilkan CPO, tetapi juga produk bernilai tambah lainnya,” jelas Jatmiko.

Selain minyak goreng, PalmCo juga membuka peluang pengembangan produk energi terbarukan, termasuk mendukung implementasi mandatori B50 yang menjadi kebijakan pemerintah dalam pengurangan ketergantungan energi fosil.

Dalam hal distribusi, lanjutnya, jaringan unit usaha PalmCo di berbagai daerah berpotensi menjadi kanal efektif untuk menjangkau pasar hingga ke pelosok, meskipun model implementasinya masih dalam tahap kajian bersama Agrinas.

Target Agrinas Palma untuk memasok 30 persen kebutuhan pasar minyak goreng nasional menjadi tantangan besar yang membutuhkan sinergi optimal. Namun Jatmiko optimistis PalmCo mampu berkontribusi maksimal dalam mendukung arahan presiden.

“Semua langkah ini dilakukan secara bertahap dan terencana. Kami ingin memastikan PalmCo tidak hanya menjadi bagian dari rantai pasok sawit, tetapi juga menjadi motor hilirisasi yang menggerakkan industri pangan dan energi Indonesia menuju kemandirian,” kata Jatmiko.(Ant)

Exit mobile version