PONTIANAK, borneoreview.co – Pagi yang cerah perlahan berubah menjadi panas menyengat, hujan deras datang tiba-tiba tanpa diduga, dan banjir menjadi pemandangan yang semakin sering terlihat di berbagai kota. Semua ini adalah bagian nyata dari wajah perubahan iklim yang kini kita hadapi bersama.
Perubahan iklim bukan lagi sekadar ancaman yang jauh di masa depan. Menurut laporan IPCC, suhu bumi telah meningkat sekitar 1,1°C sejak era pra-industri akibat emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industri. Dunia kini berada di ambang krisis iklim yang memengaruhi cuaca, air, pangan, dan kesehatan manusia.
Namun di tengah kekhawatiran itu, kita masih memiliki ruang untuk bertindak, sekecil apa pun langkah yang bisa kita lakukan, untuk memperlambat laju pemanasan global.
Bayangkan pohon-pohon yang rindang berdiri tegak, menghisap karbon dioksida dari udara dan melepaskan oksigen yang kita hirup setiap hari. Menanam pohon bukan hanya mempercantik lingkungan sekitar, tetapi juga membantu bumi bernapas lebih lega.
Menurut Global Forest Watch, hutan tropis dapat menyerap sekitar 30% emisi karbon global setiap tahunnya. Dengan menanam pohon di pekarangan rumah, ruang terbuka hijau, atau terlibat dalam kegiatan penanaman pohon bersama komunitas, kita mengambil peran nyata dalam menyelamatkan bumi.
Lautan yang biru bukan sekadar indah, tetapi juga merupakan paru-paru bumi kedua setelah hutan. Namun, sampah plastik yang kita gunakan setiap hari mengancam ekosistem laut dan biota di dalamnya.
Setiap kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik, dan botol air kemasan yang kita gunakan memiliki jejak karbon dari proses produksinya dan akan terus mencemari bumi selama ratusan tahun setelah kita buang. Dengan membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, kita berkontribusi menjaga lautan tetap bersih dan sehat.
Setiap kali lampu menyala, setiap tetes air panas mengalir, dan setiap perangkat elektronik digunakan, energi yang kita konsumsi sebagian besar masih berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Menurut International Energy Agency (IEA), efisiensi energi dapat mengurangi emisi karbon global hingga 40% pada 2040.
Mematikan lampu dan perangkat elektronik saat tidak digunakan, mengganti lampu dengan LED hemat energi, memanfaatkan ventilasi alami, dan bijak dalam penggunaan AC adalah langkah sederhana dari rumah untuk mengurangi jejak karbon kita.
Mengubah Pola Konsumsi: Dari Piring Hingga Transportasi
Industri peternakan menyumbang sekitar 14,5% emisi gas rumah kaca global menurut FAO. Dengan mengurangi konsumsi daging merah dan beralih ke pola makan nabati, kita membantu mengurangi emisi yang dihasilkan dari proses peternakan.
Selain itu, menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, bersepeda untuk jarak dekat, atau beralih ke kendaraan listrik juga membantu mengurangi polusi udara dan emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan pribadi.
Memilah sampah organik dan anorganik, mendaur ulang, serta membuat kompos dari sisa makanan membantu mengurangi sampah yang berakhir di TPA dan mengurangi emisi gas metana. Menghemat penggunaan air saat mandi dan mencuci juga membantu mengurangi energi yang digunakan untuk mengolah dan mendistribusikan air bersih.
Perubahan iklim bukan hanya masalah para pemimpin dunia, tetapi juga tanggung jawab kita bersama sebagai penghuni bumi. Tidak perlu menunggu kaya atau memiliki kekuasaan untuk membuat perubahan, karena setiap langkah kecil memiliki dampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Dengan menanam pohon, mengurangi plastik, menggunakan energi secara efisien, mengubah pola konsumsi, serta mengelola sampah dan air dengan bijak, kita membantu bumi untuk pulih sedikit demi sedikit.
Mulailah dari rumah, mulai dari diri sendiri, mulai hari ini. Karena bumi ini adalah rumah kita satu-satunya. ***