Site icon Borneo Review

Perusahaan Tambang Nikel di Indonesia, Eksis dengan Bahan Baku Melimpah

Perusahaan tambang nikel

stok bijih milik perusahan tambang nikel PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam Tbk. (ig@official.gagnikel)

PONTIANAK, borneoreview.co – Bukan rahasia lagi kalau banyak perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Indonesia.

Bukan rahasia juga kalau Indonesia adalah surga bagi perusahaan tambang nikel. Pasalnya, bahan baku yang tersedia cukup melimpah.

Ya, Indonesia adalah negara dengan cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia. Jadi, adalah wajar perusahaan tambang nikel menjamur.

Melansir berbagai sumber, Selasa (26/8/2025),  menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi formasi pembawa nikel hingga 2 juta hektare (ha).

Dari luasan tersebut, baru sekitar 800.000 ha yang sudah tereksplorasi dan menjadi izin usaha pertambangan (IUP).

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, total sumber daya nikel Indonesia mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam.

Sementara itu, cadangan nikel Indonesia tercatat mencapai 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Jumlah cadangan tersebut setara dengan 23% cadangan nikel dunia.

Berikut beberapa peeusahaan tambang nikel di Indonesia:

1. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Perusahaan ini beroperasi di Blok Sorowako. Lokasinya berada di Luwu Timur, Sulawesi Selatan dengan luas 70.566 hektare (ha).

Di Blok Sorowako, Vale menambang bijih nikel kadar tinggi atau saprolit untuk kebutuhan pabrik nikel matte di Sorowako.

Ke depan, Vale juga akan menambang bijih nikel kadar rendah atau limonit untuk diproses lebih lanjut menjadi produk MHP.

Vale Indonesia merupakan pemegang kontrak karya dengan total luas konsesi 118.017 ha yang meliputi Blok Sorowako; Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah (22.699 ha); serta Blok Pomalaa dan Sua-Sua, Sulawesi Tenggara (24.752 ha).

Per November 2023, Vale Indonesia dikendalikan oleh perusahaan asal Brazil, Vale S.A melalui Vale Canada Limited dengan kepemilikan saham 43,79% dan Vale Japan Limited 0,54%.

Saham Vale Indonesia juga dimiliki oleh Holding BUMN Tambang MIND ID sebesar 20%, Sumitomo Metal Mining Co., Ltd 15,03%, dan publik 20,64%.

2. PT Weda Bay Nickel (WBN)
Tambang perusahaan ini berlokasi di Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, Maluku Utara dan telah beroperasi sejak 2019.

Tambang nikel ini dioperasikan oleh yang mayoritas sahamnya kini dimiliki oleh perusahaan asal China, Tsingshan (51,3%) dan perusahaan asal Prancis, Eramet (37,8%). Sisanya, dimiliki oleh pemerintah Indonesia melalui PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) sebesar 10%.

Sebelum beralih menjadi pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK), PT WBN merupakan perusahaan kontrak karya generasi VII yang ditandatangani pada 19 Februari 1998 dengan luas wilayah 54.874 hektare dan total cadangan sebesar 132 juta ton bijih dengan kadar nikel 1%- 1,4%.

Berdasarkan data Eramet, sumber daya deposit Weda Bay Nickel saat ini diperkirakan mencapai 12,2 juta ton nikel dengan rata-rata kandungan nikel 1,48%.

3. PT Gag Nikel
Perusahaan ini berlokasi di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat, memiliki luas wilayah kontrak karya 13.136 ha dan area IPPKH 603,25 ha.

Izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) tambang ini dipegang oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam Tbk.

Berdasarkan Laporan Tahunan Antam 2022, total sumber daya nikel tambang Gag mencapai 315,57 juta wet metrik ton (wmt) yang terdiri atas bijih nikel kadar rendah 154,61 juta wmt dan nikel kadar tinggi 160,96 juta wmt.

Sementara itu, total cadangannya mencapai 63,44 juta wmt dengan perincian bijih nikel kadar rendah 13,85 juta wmt dan kadar tinggi 49,59 juta wmt.

4. PT Trimegah Bangun Persada Tbk.
Izin usaha pertambangan (IUP) tambang Kawasi dipegang oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk.

Tambang nikel yang berada di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara memiliki luas 4.247 ha.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2022 Trimegah Bangun Persada, total cadangan tambang Kawasi per 31 Desember 2022 sebesar 108,4 juta wet metrik ton (wmt) dengan sisa cadangan 84,51 juta wmt.

5. PT Bumi Konawe Minerina 
Perusahaan ini mengelola deposit Asera dengan luas area sekitar 2.000 ha berlokasi di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Penambangan bijih nikel di deposit Asera dilakukan dengan metode tambang terbuka. Berdasarkan Joint Ore Reserves Committee (JORC), deposit Asera memilki estimasi sumber daya lebih dari 16 juta metrik ton bijih nikel dengan kadar nikel rata-rata 1,5%.

Saham PT Bumi Konawe Minerina  mayoritas dimiliki oleh Aquila Mine Pte Ltd (62,7%), afiliasi perusahaan tambang yang bermarkas di Swiss, Solway Investment Group. Sisanya, dimiliki oleh PT Mahawira Palasara Agung (37,3%).

6. PT Sulawesi Resources
Perusahaan ini bagian dari Solway Investment Group, tambangnya bernama Tambang Bahoomoahi.

Deposit Bahoomoahi memiliki luas kurang lebih 1.400 ha yang terletak di Morowali, Sulawesi Tengah. Tambang nikel ini juga dimiliki oleh

Menurut perkiraan internal Solway, deposit Bahomoahi memiliki estimasi sumber daya sebesar 14 juta metrik ton, dengan potensi tambahan 13 juta metrik ton bijih nikel dengan kadar nikel rata-rata 1,9%.

Solway memperkirakan deposit ini memiliki potensi kapasitas produksi sebesar 100.000 metrik ton bijih nikel per bulan.***

Exit mobile version