Site icon Borneo Review

Petani di Desa Hiyung Tapin Tanam Cabai dengan Sistem Apung

Kelompok tani cabai hiyung membuat lanting sebagai media tanam dalam metode penanaman cabai hiyung apung, di Rantau, Kamis (9/1/2025). (ANTARA/Muhammad Rastaferian Pasya)

Metode apung ini menjadi solusi efektif bagi petani cabai di Desa Hiyung Tapinyang selama ini kesulitan bercocok tanam saat musim hujan akibat lahan yang tergenang air.

Ketua Kelompok Tani Cabai Hiyung Junaidi di Rantau, Kabupaten Tapin, Jumat (10/1/2025), mengatakan inovasi ini melibatkan petani muda setempat untuk mengembangkan dan memanfaatkan bambu sebagai media utama.

“Bambu tersebut dibuat menjadi lanting nanti di atas lanting itu kami tambahkan sedikit tanah, lalu ditanam bibit Cabai Hiyung,” ujar Junaidi.

Junaidi menjelaskan delapan petani dikerahkan untuk menyelesaikan 30 lanting selama sepekan proses pembuatan lanting telah dimulai dari Selasa (7/1/2025).

“Setelah lanting selesai proses penanaman hanya memerlukan waktu dua hari dalam satu lanting bisa ditanam 90 pohon cabai, kalau ada 30 lanting totalnya 2.700 tanaman Cabai Hiyung,” katanya

Ia menambahkan kalau dihitung luas lahan, 30 lanting dengan total 2.700 pohon itu setara dengan setengah hektare lebih

Junaidi menyebutkan metode ini lahir dari kebutuhan mendesak selama musim hujan, petani di Desa Hiyung sering kali tidak dapat menanam cabai sehingga suplai Cabai Hiyung menjadi kosong di pasaran.

“Dengan metode apung ini kami yakin kebutuhan Cabai Hiyung dapat terpenuhi sepanjang tahun, termasuk saat musim hujan,” ucapnya

Dia mengatakan kalau hasilnya bagus nanti akan dikembangkan lebih luas lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Tri Asmoro menilai metode cabai apung memiliki potensi besar tetapi tetap memerlukan kajian lebih lanjut.

“Kami akan mengevaluasi dari segi pembiayaan dan keuntungannya bersama petani,” ujarnya

Ia mengatakan jika terbukti berhasil dan menguntungkan Dinas Pertanian siap memberikan bantuan untuk mendukung metode ini di masa depan

Tri Asmoro menambahkan metode apung ini berpotensi menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan produksi cabai di musim hujan.

“Dengan metode ini, petani tidak lagi terkendala oleh lahan yang terendam agar produksi bisa terus berjalan dan stok Cabai Hiyung di pasaran tetap terus stabil,” katanya

Jika metode ini sukses, kata dia, bukan tidak mungkin Desa Hiyung akan menjadi pelopor dalam teknologi bercocok tanam apung di Indonesia. (Ant)

Exit mobile version