SAMARINDA, borneoreview.co – Para petani milenial di Kalimantan Timur (Kaltim) berkomitmen manfaatkan inovasi dan melakukan pemberdayaan sektor pertanian guna menggenjot ketahanan pangan provinsi mulai dari menggarap lahan bekas tambang hingga menggunakan sistem hidroponik.
Koordinator Wilayah Duta Petani Milenial (DPM) Kalimantan Timur I Made Susana di Samarinda, Senin (30/6/2025), mengatakan para petani milenial di Kaltim bertekad membawa perubahan positif bagi pertanian di sana.
Made, yang lahir dari keluarga petani, mengatakan fokus mengembangkan budidaya jamur tiram di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun demikian, dirinya juga melakukan inovasi mengelola lahan bekas tambang menjadi sawah di sana.
Ia mengaku terjun langsung sebagai petani padi di lahan bekas tambang itu untuk memahami secara mendalam tantangan yang dihadapi.
“Kami ingin memberikan ide dan gagasan tentang apa yang sebenarnya terjadi di pertanian kita,” ujar Made, yang berpendapat peran generasi muda sangat penting untuk memajukan sektor pertanian di tanah air.
Saat ini telah terdaftar 36 DPM di Kementerian Petanian, 72 lainnya masih dalam proses. Made mengatakan mereka juga menggerakkan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Petani Muda Keren, yang menjadi wadah bagi mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pertanian untuk melakukan praktik kerja lapangan, magang, hingga penelitian.
Menurut sarjana teknik mesin itu, sektor pertanian Indonesia sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan berdedikasi, terutama dalam menghadapi tantangan pangan. Dirinya juga mengkritisi masalah mendasar soal belum optimalnya sistem pengairan di Indonesia.
Sementara itu anggota DPM lainnya, Fransiskus Darmansius mengatakan dirinya tertarik bertani setelah melihat sistem pertanian hidroponik dalam satu pameran di Samarinda pada 2018 lalu. Ketertarikan itu berlanjut dengan mengembangkan pertanian hidroponik secara otodidak.
Meskipun awalnya sempat gagal menumbuhkan sayuran seperti sawi dan selada karena kesalahan nutrisi, Fransiskus mengatakan dirinya terus belajar hingga menemukan formula AB Mix yang tepat untuk menumbuhkan sayuran-sayuran hidroponik tersebut.
Dengan modal awal botol-botol bekas, ia mengaku mulai menanam sayuran daun seperti pakcoy, selada, hingga daun mint. “Hasil panen hidroponik kami tidak dijual ke pasar tradisional, melainkan dipasok ke swalayan”. (Ant)