PONTIANAK, borneoreview.co – Kalimantan, pulau dengan kekayaan alam melimpah, menjadi saksi bisu hiruk-pikuk industri tambang yang terus berdetak. Di balik gemerlap kontribusi sektor tambang pada perekonomian daerah dan nasional, terdapat kisah penambang yang bertarung setiap hari dengan risiko keselamatan, ketidakpastian ekonomi, hingga dampak lingkungan yang membayangi kehidupan mereka. Namun, di tengah tantangan yang berat, secercah harapan masih berusaha mereka jaga demi masa depan yang lebih baik.
Ketergantungan Ekonomi pada Tambang
Bagi banyak masyarakat di Kalimantan, tambang menjadi salah satu sumber penghidupan utama. Di Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sekitar 40 persen perekonomian daerah bergantung pada sektor pertambangan batu bara. Namun, ironisnya, ketergantungan tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat, karena daerah penghasil tambang justru masih menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi.
Di Kalimantan Tengah, penambangan emas, termasuk yang dilakukan secara tradisional dan ilegal, menjadi salah satu pilihan mata pencaharian karena sulitnya akses lapangan kerja lain. Bagi sebagian masyarakat, hasil dari menambang emas dianggap sebagai harapan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, meski harus dihadapkan pada risiko hukum dan keamanan kerja yang minim.
Risiko dan Tantangan Penambangan
Bekerja sebagai penambang bukanlah pekerjaan yang mudah. Penambang pasir di Tarakan, misalnya, harus bekerja dari malam hingga subuh, menembus dinginnya malam dan arus sungai yang deras demi mendapatkan penghasilan. Sementara para penambang emas di Kalimantan Tengah harus menggali lubang dengan kedalaman puluhan meter dengan pengamanan seadanya, menghadapi risiko longsor yang dapat terjadi kapan saja.
Selain risiko keselamatan, kondisi kesehatan penambang juga rentan terdampak akibat paparan debu, gas berbahaya, hingga bahan kimia seperti merkuri yang digunakan dalam penambangan emas tradisional. Semua risiko tersebut menjadi harga yang harus dibayar demi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dampak Lingkungan yang Menjadi Warisan
Penambangan, baik skala besar maupun tradisional, meninggalkan jejak panjang pada lingkungan. Penambangan terbuka menyebabkan perubahan bentang alam, erosi, dan pencemaran sungai oleh lumpur dan bahan kimia. Di banyak daerah di Kalimantan, lubang tambang yang ditinggalkan tanpa reklamasi menjadi ancaman keselamatan bagi masyarakat sekitar, terutama anak-anak yang bermain di sekitar lubang tersebut.
Selain itu, ekosistem sungai yang menjadi sumber air bersih masyarakat juga terdampak akibat aktivitas penambangan, menyebabkan air menjadi keruh, ekosistem ikan terganggu, hingga meningkatkan risiko banjir karena daya resap tanah yang berkurang.
Harapan Akan Masa Depan yang Berkelanjutan
Di tengah tantangan tersebut, berbagai inisiatif mulai muncul sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada sektor tambang. Di Kalimantan Timur, sekelompok perempuan Dayak memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk bertani cabai sebagai alternatif sumber pendapatan pasca tambang, sekaligus untuk menjaga ketahanan pangan keluarga.
Pemerintah daerah juga mulai mendorong diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata berbasis alam sebagai upaya menekan ketergantungan ekonomi pada tambang. Penegakan reklamasi pasca tambang pun mulai diperkuat agar lubang tambang dapat dipulihkan, mengurangi potensi bahaya, dan mengembalikan fungsi ekologis lahan.
Menuju Pertambangan yang Bertanggung Jawab
Industri tambang memiliki kontribusi besar dalam menyediakan energi dan bahan baku bagi pembangunan, namun pelaksanaan yang bertanggung jawab menjadi kunci agar manfaat tambang dapat dirasakan secara adil oleh masyarakat sekitar dan meminimalkan kerusakan lingkungan.
Prinsip tambang berkelanjutan mendorong agar setiap aktivitas penambangan dilakukan dengan memperhatikan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan, serta memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini menjadi bagian penting untuk memastikan bahwa setelah sumber daya alam habis, masyarakat tetap memiliki masa depan dengan sumber penghidupan yang berkelanjutan.
Kisah penambang di Kalimantan adalah kisah tentang keteguhan, tantangan, dan harapan. Di tengah kerasnya kehidupan tambang, mereka terus berupaya memenuhi kebutuhan keluarga sambil berharap akan hadirnya kebijakan yang lebih berpihak, pengelolaan tambang yang lebih bertanggung jawab, dan kesempatan ekonomi alternatif yang berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah konkret seperti reklamasi, diversifikasi ekonomi, serta penegakan keselamatan kerja, masa depan masyarakat di sekitar tambang di Kalimantan dapat diarahkan menuju kesejahteraan yang lebih baik, menjadikan hasil bumi sebagai berkah, bukan sekadar kutukan bagi generasi berikutnya.***