JAKARTA, borneoreview.co – Prospek harga perak dinilai makin cerah seiring dengan melonjaknya permintaan dari sektor energi baru terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik (EV).
Lonjakan kebutuhan dari dua sektor tersebut diperkirakan menciptakan tekanan struktural terhadap pasokan global, yang berpotensi mendorong harga perak naik dalam jangka menengah hingga panjang.
Panel surya dan mobil listrik merupakan katalis besar bagi kenaikan permintaan perak dunia. Rata-rata 1 gigawatt (GW) panel surya menyerap 10 ton perak, sementara satu unit kendaraan listrik mengandung 25–50 gram perak.
Setidaknya hal ini dikatakan Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
“Ketika adopsi dua teknologi ini terus meningkat, pasar perak global akan menghadapi tekanan permintaan struktural yang signifikan,” ujar Brahmantya.
Berdasarkan data GlobalData, kapasitas instalasi panel surya dunia telah menembus 550 GW per tahun, setara kebutuhan sekitar 5.500 ton perak.
Sementara penjualan kendaraan listrik global yang mencapai 20 juta unit per tahun menyerap tambahan 500–1.000 ton perak.
Di sisi lain, Brahmantya melihat pasokan global tidak tumbuh sebanding. Meksiko, misalnya, sebagai produsen perak terbesar dunia, melaporkan penurunan produksi dua digit dalam satu dekade terakhir akibat keterbatasan cadangan tambang.
Ketimpangan tersebut menimbulkan defisit pasokan tahunan dan menjaga tren kenaikan harga. Saat ini, harga perak berada di kisaran 42-48 dolar AS per ons, meningkat sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu.
Maka dari itu, ia menilai momentum transisi energi membuka peluang baru bagi diversifikasi aset logam mulia.
“Selain fungsi tradisionalnya sebagai aset lindung nilai saat krisis, kini perak mendapat dorongan baru dari sektor teknologi hijau. Kombinasi ini bisa menciptakan siklus kenaikan harga jangka panjang. Investor perlu jeli melihat peluang diversifikasi portofolio melalui instrumen berbasis logam mulia,” ujar dia.
Dalam jangka menengah, dia memperkirakan prospek harga perak tetap positif, didukung tren peningkatan investasi energi terbarukan dan kendaraan listrik di Asia Pasifik.
Namun, ia juga menilai fluktuasi kebijakan energi global dan produksi tambang dapat menjadi sumber volatilitas baru di pasar komoditas.
(Ant)