Site icon Borneo Review

Ritual Pakanan Batu, Tradisi Dayak Kalteng Berterima Kasih pada Alam

Ritual pakanan batu

penggiling padi tradisional milik masyarakat Dayak Kalteng yang pada ritual pakanan batu juga dibersihkan. (ig@dayakkalteng)

PONTIANAK, borneoreview.co – Setiap suku di Indonesia memiliki cara berterima kasih kepada alam, termasuk masyarakat Dayak Kalteng atau Kalimantan Tengah. Salah satunya adalah ritual pakanan batu.

Masyarakat Dayak Kalteng menggelar ritual pakanan batu setelah panen ladang atau sawah.

Artinya, melalui ritual pakanan batu, masyarakat Dayak Kalteng berterima kasih pada alam terkait hasil panen yang mereka terima.

Melansir berbagai sumber, Selasa (19/8/2025), masyarakat Dayak Kalteng sejatinya terbagi atas berbagai sub suku.

Sebut saja Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Ma’anyan, Dayak Lawangan, Dayak Taboyan, Dayak Siang, dan lainnya.

Dan, masyarakat Dayak Kalteng memiliki banyak tradisi. Ritual pakanan batu misalnya, bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam.

Peralatan-peralatan tersebut merupakan alat yang digunakan, mulai dari membersihkan lahan hingga menuai hasil panen.

Adapun benda atau barang yang dituakan dalam ritual oakanan batu ini adalah batu.

Padalnya, batu dianggap sebagai sumber energi yang dapat menajamkan alat-alat yang digunakan untuk becocok tanam.

Pasalnya, benda tersebut memang berguna untuk mengasah parang, balayung, kapak, ani-ani, atau benda dari besi lainnya.

Selain memberikan kelancaran pekerjaan, bagi para pemakai peralatan bercocok tanam dan berladang.

Batu juga dianggap telah memberikan perlindungan bagi si pengguna peralatan.

Dengan kata lain, masyarakat Dayak Kalteng berterima kasih karena selama bercocok tanam tak mengalami luka atau musibah.***

Exit mobile version