Sambas sebagai Destinasi Wisata, Tidak hanya Andalkan Alam

PONTIANAK, borneoreview.co – Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, adalah wilayah yang layak menjadi destinasi wisata.

Tidak sekadar mengandalkan keindahan alam, Sambas terbentuk oleh proses yang panjang. Wisata religi, budaya, dan sejarah adalah sebagian yang tersedia di sana.

Melansir berbagai sumber, Rabu (16/4/2025), kabupaten ini berbatasan dengan negara tetangga Malaysia Timur dan Laut Natuna di sebelah utara, dan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang di sebelah selatan.

Sementara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Serawak, serta di sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna.

Secara geografis, Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah sebesar 6.395,70 kilometer persegi yang terbagi ke dalam 19 kecamatan.

Pada abad ke-13, Sambas menjadi kota pelabuhan yang penting karena pada waktu itu, Belanda sempat membuka gudang di daerah ini.

Berikut beberapa hal yang patut dinikmati di Sambas:

1. Kompleks Keraton Sambas
Tempat ini terletak di Kelurahan Dalam Kaum, Kecamatan Sambas. Keraton ini biasa disebut juga sebagai Istana Alwatzikhoebillah.

Keraton seluas 16781 meter persegi itu didirikan pada 1933. Bangunannya berdiri pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Tsjafioedin.

2. Masjid Jami Kesultanan Sambas
Masjid yang terletak di Kecamatan Sambas ini merupakan masjid tertua di Kalimantan Barat.

Masjid yang dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin I (1708-1732 M) awalnya berfungsi sebagai kediaman pribadi sultan yang kemudian berubah fungsi menjadi musala.

Menurut sejarah, masjid ini pernah direnovasi pada masa Sultan Muhammad Saifuddin II, putra Sultan Umar Aqomuddin I, dan dikembangkan menjadi Masjid Jami sejak 1885.

Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 60×40 meter persegi dengan bangunan yang berukuran 22×22 meter persegi.

3. Gua Maria Santok
Gua Alam Santok berada di Desa Santaban, Kecamatan Sajingan Besar. Dulunya, gua ini digunakan pula sebagai tempat meditasi dan sembahyang.

Di dalam gua ini terdapat Patung Bunda Maria dan sering digunakan sebagai tempat peribadatan umat Katolik di Kabupaten Sambas.

Lokasinya yang berada di tengah-tengah hutan membuat suasana lingkungan sekitar tetap sejuk dan indah.

4. Kain Tenun Songket
Sambas dikenal dengan produksi kain tenun songket. Para pengrajin dan penjual banyak ditemui di bagian utara Kota Sambas, tidak jauh dari Sungai Sambas.

Ciri khas kain tenun ini yaitu memiliki motif pucuk rebung atau bambu muda yang bergambar segitiga memanjang dan lancip.

Selain itu, pada pinggir kain tenun biasanya berwarna putih dan tidak terkena tenunan serta terdapat benang emas dalam tenunannya sebagai ciri khas tenun Melayu.

6. Bubbor Paddas
Bubbor Paddas ini merupakan makanan khas suku Melayu Sambas. Bagi masyarakat suku Melayu Sambas, Pedas berarti sebuah perumpamaan yang bermakna beragam sayuran dan rempah.

Ketika membuat bubur ini, berbagai macam sayur, seperti jagung yang sudah dilepas dari bonggolnya, daun pakis, kangkung, daun kunyit, kentang, dan daun kesum (Polygonum odoratum) dimasukkan ke dalam olahan.

Daun kesum hanya ada di Kalimantan Barat dan digunakan untuk memberikan aroma pada bubur.

Rasa pedas pada bubur bukan berasal dari cabai, tetapi dari lada ketika beras disangrai. Rasa bubur ini yaitu perpaduan gurih dan sedikit pedas. Bubur ini umumnya ditemui ketika Ramadan tiba.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *