Sawit Sumbermas AlokaSawit Sumbermas Alokasikan Rp16 Miliar Per Tahun untuk Program Keberlanjutan dan Konservasi

Sawit Sumbermas AlokaSawit Sumbermas Alokasikan Rp16 Miliar Per Tahun untuk Program Keberlanjutan dan Konservasi

SAMARINDA, borneoreview.co – PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mengalokasikan dana sebesar Rp14 hingga Rp16 miliar setiap tahunnya untuk mendukung program keberlanjutan atau Environmental, Social, and Governance (ESG). Salah satu fokus perusahaan adalah pelaksanaan empat program Remediation and Compensation Plan (RaCP) di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

Head of Sustainability SSMS, Henky Satrio Wibowo, menjelaskan bahwa keempat program RaCP tersebut mencakup:

  1. Program pra-pelepasliaran Orangutan di Pulau Salat,
  2. Program pendampingan hutan kemasyarakatan di Kabupaten Kotawaringin Barat,
  3. Program pendampingan tiga hutan kemasyarakatan di Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan,
  4. Program pendampingan Hutan Desa di Desa Petak Puti, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas.

Henky menambahkan bahwa program RaCP ini dijalankan dengan kontrak selama 25 tahun, dimulai sejak 2016 dan masih berjalan delapan tahun.

“Kami akan melanjutkan hingga memenuhi durasi kontrak 25 tahun dan setelahnya akan dilakukan pengembangan lebih lanjut,” ujar Henky di Kabupaten Pulang Pisau, Rabu (2/10).

SSMS bekerja sama dengan Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dalam upaya konservasi orangutan. Baru-baru ini, dua individu orangutan yang telah menyelesaikan tahap rehabilitasi di Sekolah Hutan dilepasliarkan ke tahap pra-pelepasliaran di Badak Besar, Gugusan Pulau Salat, Kalimantan Tengah. Pulau Salat, yang terletak di delta Sungai Kahayan, dikelola bersama oleh SSMS dan BOSF sebagai wilayah konservasi orangutan seluas lebih dari 2.000 hektare.

Untuk mendukung program pra-pelepasliaran orangutan, Henky menyebut bahwa SSMS mengalokasikan dana sekitar Rp1,2 miliar setiap tahun yang masuk dalam kategori pengeluaran operasional (Opex).

“Kami berkomitmen untuk mendanai program ini secara berkelanjutan,” tambahnya.

Pada tahun 2022, melalui sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), SSMS telah melindungi seluas 362.000 hektare kawasan hutan yang dinilai perlu untuk konservasi, setara dengan hampir enam kali luas DKI Jakarta. Di Indonesia, sekitar 150.000 hektare atau 40% dari total kawasan konservasi RSPO berada di bawah pengelolaan perusahaan kelapa sawit yang tersertifikasi, termasuk SSMS.

Kawasan seluas 362.657 hektare, setara 15 kali luas Kuala Lumpur, juga telah dilestarikan dan dilindungi melalui standar RSPO, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *