PONTIANAK, borneoreview.co – Sejarah nikel Indonesia memang mulai pada 1901, terutama jika melihatnya dari sisi pertambangan.
Namun, jauh sebelum itu, sejatinya sejarah nikel Indonesia telah tercatat dalam kehidupan kerajaan-kerajaan di yang menggunakannya untuk bahan senjata tajam.
Bahkan, sejarah nikel Indonesia yang berawal dari Pulau Sulawesi semakin tegas berkat Kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat.
Melansir berbagai sumber, Jumat (29/8/2025), Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Beberapa daerah di Indonesia banyak menyimpan “harta karun” nikel.
Dan, ternyata ini bukan klaim semata. Sejarah mencatat keberadaan nikel telah ada jauh sebelum Indonesia ada. Berikut catatannya:
1. Kerajaan Luwu
Pada 1200 berdiri Kerajaan Luwu di Bukit Poko. Di area bukit inilah dijadikan tempat peristirahatan terakhir atau makam para Raja Luwu.
Letak makam tersebut di pinggiran Danau Matano, Sulawesi Tengah.
Masyarakat di Luwu ketika itu terkenal sebagai pengrajin keris. Mereka mulai membuat keris pada 1250.
Bahan keris yang merupakan besi Luwu sangat populer karena adanya kandungan nikel yang membuat kualitas besi sangat baik dan kerisnya sangat ringan.
2. Kerajaan Majapahit
Pada 1293 terjadi pernikahan kontrak politik, Raja III Luwu menikah dengan puteri Majapahit.
Majapahit kemudian mengamankan impor bahan baku nikel dari Kerajaan Luwu untuk ekpansi militer ke Sumatera, Kalimantan, dan Sunda Kecil.
3. Kerajaan Pajajaran
Wilayah lain di Indonesia, pada 1500 Kerajaan Pajajaran di Pegunungan Selatan, Jawa Barat menggunakan besi yang dicampur logam nikel menjadi bahan baku senjata serta peralatan rumah tangga lainnya.
4. Kerjaan Sukadana
Komoditas nikel dari Indonesia mulai diketahui negara lain seiring Kerajaan Sukadana yang berada di Pulau Karimata, Kalimantan Barat, dijadikan pusat ekspor sumber daya alam, termasuk nikel di Semenanjung Malaya pada 1600.
Namun, pada 1622 Kerajaan Mataram menyerang Kerajaan Sukadana dengan tujuan untuk mengamankan sumber alam besi.
Kerajaan Sukadana mencoba melawan Kerajaan Mataram. Pada 1631 Kerajaan Sukadana membuat kongsi perdagangan dengan Pemerintah Hindia Belanda.
Produksi kerajinan rakyat Kerajaan Sukadana seperti kapak dan parang dikirim ke Belanda. Pada 1637 kekuasaan Kerajaan Mataram di Pulau Karimata pun kian melemah.
5. Pegunungan Verbeek
Sejarah pertambangan nikel di Indonesia baru dimulai pada 1901, ketika Kruyt, yang merupakan seorang berkebangsaan Belanda, meneliti bijih besi di Pegunungan Verbeek, Sulawesi.
6. Kolaka
Pada 1909, EC Abendanon, juga ahli geologi berkebangsaan Belanda, menemukan bijih nikel di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penemuan ini dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi pada 1934 oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tole Maatschappij.
7. Soroako
Di Soroako, pada 1937 seorang ahli geologi bernama Flat Elves melakukan studi mengenai keberadaan nikel laterit.
Dan, pada 1938 dilakukan pengiriman 150.000 ton bijih nikel menggunakan kapal laut oleh OBM ke Jepang.
8. Indonesia Merdeka
Sekura 30 tahun kemudian, persisnya di 1968, atau 23 setelah Indonesia Merdeka diterbitkan untuk pertama kali Kontrak Karya (KK) untuk penambangan nikel laterit kepada PT. International Nickel Indonesia (INCO).
Areanya di beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, termasuk Soroako dan Pomalaa. ***
