PONTIANAK, borneoreview.co – Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak bisa lepas dari sejarah panjang tambang batu bara di Indonesia. Pasalnya, dari daerah inikah semua berawal.
Melansir berbagai sumber, Sabtu (12/7/2025), sejarah tambang batu bara tercatat sebelum Indonesia merdeka. Saat itu, Kalsel pun masih bagian dari Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo atau Karesidenan Kalimantan Selatan dan Timur.
Dan, ini semua berdasarkan pada kebutuhan batu bara yang terus meningkat hingga Ratu Belanda menggelontorkan anggaran sebesar f50.000 per tahun untuk penggalian tambang batu bara di wilayah Kalsel.
Dalam buku berjudul Oranje Nassau, Pengaron: Awal Batu Bara di Indonesia, karya Nugroho Nur Susanto, keputusan Ratu Belanda ini dibuat pada 19 November 1846, didasarkan atas hasil eskpedisi sebuah tim penelitian.
Berikut sejarah hingga Kalsel menjadi daerah tambang batu bara pertama di Indonesia:
1. 1843-1846
Geolog C.A.L.M. Schwaner dan beberapa orang yang tergabung dalam De Natuurkundige Commissie (Komisi Ilmu Pengetahuan Alam) melakukan ekspedisi di Karesidenan Kalimantan Selatan dan Timur.
2. 1849
Izin konsesi untuk penggalian tambang batu bara di wilayah Pengaron (Riam Kiwa), Kalangan, dan Banyu Irang.
Konsesi tambang batu bara pertama di Pengaron dengan nama Oranje Nassau diresmikan oleh Gubernur Jenderal J. J. Rochussen pada 28 September 1849.
3. 1853
Terbit hasil penjelajahan Schwaner dengan judul Borneo Beschuving Het Stroom Gebied Van Den Barito, berisi informasi tentang kekayaan alam tambang batu bara di daerah Riam.
4. 1853
Perusahaan swasta Julia Hermin mendapat konsensi membuka tambang batu bara di Banyu Irang.
5. 1854
Di lokasi yang sama, perusahaan Delf juga membuka dua tambang batu bara.
6. 1856
Izin konsesi dari Kesultanan Banjarmasin kepada Pemerintah Hindia Belanda ditegaskan melalui surat perjanjian bertanggal 30 April 1856 tentang batas-batas penggarapan tambang batu bara di Banyu Irang.
7. 1857
Sultan Adam wafat dan Belanda mengangkat Pengeran Tamjidillah sebagai sultan karena menyetujui keberlangsungan tambang di Pengaron.
8. 1859
Perang Banjar meletus dan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Ada kaitan langsung dengan penolakan aktivitas pertambangan batu bara Oranje Nassau, yang lokasinya tak jauh dari tanah apanage Pangeran Antasari.***