Sekolah Rakyat, Menempa Karakter dan Bakat Keluar dari Jerat Kemiskinan

Sekolah Rakyat Tabanan

TABANAN, borneoreview.co – Aroma cat masih tercium begitu memasuki gedung Sentra Mahatmiya Bali di Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.

Kompleks gedung milik Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial, itu sudah rampung direnovasi untuk menyambut pembukaan Sekolah Rakyat di Pulau Dewata.

Di kawasan seluas 6.235 meter persegi itulah, untuk pertama kalinya anak-anak dari keluarga miskin yang sudah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar.

Mereka bisa melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dengan nama Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 Tabanan.

Sekolah Rakyat itu saat ini merupakan satu-satunya ada di Bali, dan termasuk bagian dari total sementara 65 titik Sekolah Rakyat di berbagai wilayah Indonesia.

Suasana haru dan bahagia campur aduk mewarnai hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang diikuti 75 orang peserta didik baru pada Senin, 14 Juli 2025.

Ada yang menangis seakan tak ingin melepaskan pelukan orang tua, ada juga yang riang gembira dan antusias berkeliling mengenali lingkungan sekolah.

Dalam waktu tiga tahun mendatang, para peserta didik baru itu harus terpisah dari keluarga dan tinggal di asrama.

Bantu Warga Miskin

Mata Ari Jumarta Wiguna masih berkaca-kaca setelah tiba di sekolah tersebut. Sesekali ia menyeka air mata yang menetes di pipinya.

Masih mengenakan seragam sekolah dasar (SD) dengan ciri khas warna merah dan putih, siswa berusia 12 tahun itu, dengan dibantu sang nenek, menenteng tas berisi beberapa pakaian pribadinya menuju kamar di asrama khusus laki-laki yang ada di kawasan tersebut.

Sementara itu, sang ayah Wayan Martika Yana tampak tegar melepas anak semata wayangnya itu untuk belajar di Sekolah Rakyat.

Sekolah Rakyat Tabanan
Petugas medis memeriksa kesehatan mata peserta didik baru di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (14/7/2025). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan asal Desa Mengesta, Kabupaten Tabanan itu hanya berharap anaknya bisa belajar lebih rajin dan disiplin.

Ia begitu terbantu dengan program Sekolah Rakyat karena diberikan secara gratis mengingat kendala biaya yang selama ini dihadapi.

Senada dengan Wayan Martika Yana, orang tua lainnya yakni Ketut Nadiasih juga bersyukur anak keempatnya yakni Natalia Pradnya Putri menjadi angkatan pertama Sekolah Rakyat di Bali itu.

Biaya menjadi alasan utama ia menyekolahkan anaknya di tersebut karena sang ayah bekerja sebagai buruh serabutan, sedangkan dirinya mengurus anak-anak sebagai ibu rumah tangga.

Sekolah Rakyat di Pulau Dewata itu saat ini memang dikhususkan kepada pelajar menengah pertama rentang usia sekitar 12-15 tahun dari keluarga ekonomi tidak mampu.

Kepala Sentra Mahatmiya Bali Sumarno Sri Wibowo menjelaskan pemerintah melalui Kementerian Sosial dibantu aparat desa dan instansi terkait lainnya, menyeleksi pelajar berdasarkan latar belakang ekonomi miskin yang bisa masuk Sekolah Rakyat

Pemerintah melakukan survei langsung ke lapangan berdasarkan data keluarga miskin yakni miskin ekstrem dan kategori miskin.

Ia mengungkapkan data keseluruhan keluarga miskin ekstrem dan miskin ada sekitar 12 ribu kepala keluarga.

Dari jumlah tersebut kemudian menciut menjadi 75 kepala keluarga yang memiliki anak usia pelajar menengah pertama.

Mereka terdiri dari atas 36 perempuan dan laki-laki 39 orang masing-masing dari Kabupaten Tabanan ada 61, Kabupaten Buleleng (7), Denpasar (4) dan Kabupaten Badung (3).

Rencananya Sekolah Rakyat kedua akan dibuka di Kabupaten Karangasem, Bali.

Bina Bakat dan Karakter

Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 Tabanan I Putu Jaya Negara menjelaskan sekolah yang dia pimpin itu akan menjadi pembinaan karakter dan bakat para siswa.

Sekolah itu menggunakan kurikulum tailor made yaitu kurikulum khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan karakteristik pelajar.

Saat MPLS, para siswa dan siswa menjalani pemeriksaan kesehatan dari petugas Puskesmas Kediri 1 Tabanan untuk memastikan kesiapan fisik peserta didik.

Pemeriksaan kesehatan mencakup kesehatan mata, telinga, gigi, tinggi badan, tekanan darah, kadar gula darah, sekaligus sebagai bagian program cek kesehatan gratis.

Mereka juga dilatih kebugaran tubuh sebelum melaksanakan kegiatan belajar.

Selain MPLS yang rencananya berlangsung pada 14-28 Juli, para peserta didik baru itu juga menjalani masa persiapan untuk menghuni asrama selama mengenyam pendidikan.

Dalam menjalani masa persiapan yang rencananya berlangsung dua bulan itu, pihak sekolah akan memetakan bakat siswa memanfaatkan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dibantu para ahli seperti psikolog.

Menurut Jaya Negara, tes DNA itu tidak mengambil sampel darah siswa, melainkan menggunakan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI).

Dengan cara itu, akan memudahkan pihak sekolah mengarahkan dan mengembangkan potensi atau bakat yang terpendam dalam diri pelajar tersebut.

Selain itu, para pelajar dibekali penanaman karakter dan fokus disiplin karena mereka tinggal di dalam asrama.

Tentunya, mereka diajarkan kemandirian hingga disiplin waktu untuk kebaikan masa depan dengan dibimbing wali asrama dan wali asuh.

Total ada 12 guru mata pelajaran reguler dan dua guru agama Hindu dan Islam yang menjadi tenaga pendidik.

Fasilitas Pendidikan

Sekolah Rakyat di Tabanan itu dilengkapi fasilitas penunjang pendidikan yakni dua gedung asrama berlantai dua yang berdiri terpisah, khusus untuk pelajar perempuan dan laki-laki.

Satu kamar dapat menampung hingga empat siswa, dilengkapi dua kasur bertingkat dua dilengkapi bantal dan seprai.

Selain ada kasur, juga dilengkapi lemari, kipas angin, meja belajar dan ventilasi yang mencukupi untuk memastikan sirkulasi udara serta masing-masing asrama dilengkapi toilet.

Sedangkan fasilitas untuk pendidikan ada ruang belajar dibagi tiga kelas yang masing-masing kelas menampung 25 pelajar.

Di dalam ruang kelas itu tersedia papan tulis, meja guru serta masing-masing pelajar mendapatkan meja dan kursi sendiri.

Tak hanya itu di dalam kelas juga dilengkapi fasilitas internet tanpa kabel (wifi) karena mereka menggunakan sistem manajemen pembelajaran dari pemerintah pusat.

Ada juga laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA) dan laboratorium komputer.

Semua fasilitas tersebut gratis, termasuk kebutuhan makan dan minum, seragam, alat mandi hingga hiburan berupa rekreasi agar menekan rasa jenuh.

“Tadi sudah keliling lihat kelas, bagus, juga bersih. Sekarang sambil berkenalan dengan teman baru,” kata siswa asal Pupuan, Tabanan, Dewa Kadek Dwipayana.

Harapannya melalui sekolah rakyat dengan kurikulum yang lebih inklusif itu, sejak dini para generasi muda diajarkan mental mandiri yang tangguh, menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.

Intinya perilaku positif dan juga bakat yang terarah di sekolah rakyat dapat menjadi bekal bagi masa depan mereka menyongsong Indonesia Emas 2045.(Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *