Site icon Borneo Review

Singkawang, Kota Penambang yang Toleran

salah satu sudut Kota Singkawang (ig@pesonaindahborneo)

PONTIANAK, bornoreview.co – Secara terus-menerus, berulang-ulang, Kota Singkawang di Kalimantan menjadi kota paling toleran di Indonesia.

Seperti apa sebenarnya Singkawang, kota kecil yang disebut sebagai Pecinan terbesar di Indonesia itu?

Melansir berbagai sumber, Sabtu (12/4/2025), nama Singkawang sendiri berasal dari kata San Kew Jong, yang artinya kota di kaki gunung, tapi dekat dengan muara laut.

Sebagai kawasan tepi pantai, Singkawang di masa lampau hanyalah sebuah desa kecil yang jadi persinggahan para penambang asal Tiongkok yang akan ke sentra pertambangan di Monterado (sekarang masuk dalam Kabupaten Bengkayang).

Banyak julukan yang melekat di Singkawang, mulai dari Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hong Kong van Borneo.

Berikut beberapa fakta soal Singkawa g yang perlu dikeyahui:

1. Bagian Kesultanan Sambas
Dulunya, Kota Singkawang adalah sebuah daerah yang masuk wilayah Kesultanan Sambas.

Semenjak kedatangan para pedagang dan penambang emas dari Tiongkok, mereka menyebut daerah ini sebagai San Keuw Jong, yang dijadikan sebuah desa.

Karena perkembangan yang semakin pesat, pada 1981, daerah ini ditetapkan menjadi Kota Singkawang.

2. Rukun Beragama
Sejak 2018, Kota Singkawang dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia. Penghargaan ini karena kehidupan masyarakatnya yang harmonis dalam perbedaan.

Singkawang mayoritas dihuni oleh suku Melayu, Tionghoa, dan Dayak. Meski begitu, perayaan hari besar setiap agama yang ada di Singkawang selalu meriah.

3. Pekong dan Masjid Tua
Keberadaan Wihara Tri Dharma Bumi Raya yang berseberangan dengan Masjid Raya Singkawang, merupakan salah satu simbol kerukunan antar umat beragama di Singkawang.

Wihara dengan sebutan Pekong Toa ini sudah berumur 200-an tahun, dan selalu dijadikan salah satu pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang.

Sementara, Masjid Raya Singkawang sudah berdiri sejak 1885, lalu dipugar lagi pada 1936. Uniknya, bangunan ini termasuk termasuk masjid terbesar di Kota Singkawang.

4.Kota Seribu Kelenteng
Hal ini tak bisa lepas dari banyaknya tempat ibadah umat Buddha yang tersebar di Singkawang.

Berdasarkan data 2014, ada sekitar 704 ada klenteng, wihara, dan cetiya yang ada di Singkawang.

5. Rumah Tionghoa Tertua
Tidak jauh dari Wihara Tri Dharma Bumi Raya atau Pekong Toa, ada sebuah rumah dari salah satu keturunan Tionghoa yang usianya lebih dari seratus tahun, yakni Rumah Marga Tjhia.

Konon, rumah ini dibangun pada 1901, oleh keturunan langsung Xie Shou Shi (Tjhia Siu Si).

Gaya arsitektur rumah ini mirip rumah tradisional di Tiongkok, yang dipadukan gaya timur dan barat, dengan strukturnya sebagian besar terbuat dari kayu besi (belian).

Kini, Rumah Marga Tjhia telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya, dan cocok dijadikan tujuan destinasi wisata saat kita berkunjung ke Singkawang. ***

Exit mobile version