Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, dan terbesar kedua di Indonesia. Kalimantan memiliki hutan hujan tropis yang menjadi paru-paru dunia.
Kalimantan penuh dengan aneka hasil tambang batu bara, bauksit, emas, pasir kuarsa dan lainnya. Semua kekayaan alam itu, kurang bisa dinikmati penduduk di Kalimantan. Semua hasil bumi, hutan, tambang dan kekayaan hasil bumi dikuras pemerintah pusat, lokal dan asing.
Rakyat Kalimantan mestinya mendapatkan keadilan dan kesejahteraan dari berbagai hasil sumber daya alamnya. Namun, hanya kemelaratan yang terjadi. Ketidakadilan dan penyengsaraan terhadap penghuni.
Borneo Review hadir sebagai media independen yang mengangkat isu kebijakan publik, politik, sawit, tambang dan lingkungan. Sebab, isu-isu besar khas Kalimantan itu, sedikit sekali porsinya di pemberitaan media massa.
Media online dengan simbol tawon khas Kalimantan, hadir dengan semboyan “Kritis dan Analisis Mengulas”. Jangan dilihat kecilnya. Ia memiliki sengat yang berbahaya. Diharapkan, Boneo Review menjadi informasi alternatif bagi rakyat yang haus akan informasi bermutu dan berkualitas.
Borneo Review tidak memiliki afiliasi dengan partai politik, elit kekuasaan dan pemerintahan. Kepemilikan Borneo Review dimiliki secara independen.
Produk jurnalistik Borneo Review juga dimuat dan disebar melalui media sosial, dengan nama sama. Yaitu: Borneo Review. Medsos ada di Instagram (IG), Facebook (FB), Twitter (M), Channel Youtube dan TikTok.
Visi
Portal berita dengan informasi bermutu yang menjadi jembatan bagi warga, demi meraih keadilan dan kesejahteraan.
Misi
1. Memberikan informasi yang baik dan bermutu bagi pembaca.
2. Menjadi jembatan informasi antar pihak, terhadap masalah yang sedang terjadi.
3. Menjunjung tinggi harkat dan martabat semua manusia, dengan berita berkualitas dan independen.
4. Mengungkap fakta di balik berita, dan menganalisisnya demi keadilan dan kebenaran.
5. Mengangkat potensi dan peluang bisnis bagi kesejahteran warga di Kalimantan, khususnya dan Indonesia pada umumnya.