PONTIANAK, borneoreview.co – Di masa kejayaan oplet (angkutan kota) di kampung halaman dulu hingga akhir 1980an, sistem pengenalan tujuan atau jurusan yang diterapkan adalah menggunakan pembedaan berdasarkan warna.
Ada jurusan yang tarifnya sama untuk jarak jauh dan dekat, ada juga jurusan yang menggunakan tarif berbeda tergantung jarak tertentu.
Seingatku, jurusan yang menggunakan tarif seragam adalah Jurusan Pancasila yang berwarna abu-abu, Jurusan Jawa/ Podomoro yang berwarna coklat tua, Jurusan Kota Baru yang berwarna hijau tua.
Ada jurusan Ahmad Yani yang berwarna merah, Jurusan Sungai Jawi yang berwarna biru muda, Jurusan Merdeka yang berwarna hijau muda dan Jurusan Gajah Mada yang berwarna biru tua.
Sementara yang menerapkan tarif berdasarkan jarak ada dua jurusan, yakni: Jurusan Sei Raya yang berwarna kuning, jika tak salah batasan berbeda tarifnya di batas kota, dan jurusan Jeruju yang berwarna ungu, yang batasan beda tarifnya di tempat pembuangan sampah lama.
Jaman itu, selain harus paham jurusan, kita juga diharuskan mengetahui terminal keberangkatannya.
Terminal keberangkatannya tidak di satu tempat, meskipun tersebar namun jaraknya masih dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Jika salah tempat menunggu dan tidak mau bertanya, bukan tidak mungkin kita tak akan sampai ke tempat tujuan.
Terminal Seroja, yang berada di badan Jalan Teuku Cik Di Tiro, merupakan terminal Jurusan Sei Raya dan Jeruju.
Terminal ini tepat berada di belakang Pusat Perbelanjaan Khatulistiwa Plaza, yang sekarang sebagian bangunannya telah bertansformasi menjadi sebuah hotel.
Terminal Kampung Bali, yang berada di bekas Puskesmas Kampung Bali yang telah dipindahkan ke Jalan Jendral Urip, terletak di Jalan Sisingamangaraja.
Terminal ini merupakan tempat antri oplet Jurusan Jawa/Podomoro, Pancasila, Sei Jawi, Kota Baru dan Ahmad Yani.
Terminal ini berada tidak jauh dari Pasar Sudirman dan komplek pertokoan di sekitarnya.
Terminal Nusa Indah, yang terletak di Jalan Kapten Marsan, tepat di depan Pusat Perbelanjaan Nusa Indah Plaza. Terdapat dua jurusan, yang dapat diakses terminal ini, yakni: Jurusan Gajah Mada dan Merdeka.
Terminal ini juga terletak dekat dengan tempat penyeberangan menggunakan fery dan dekat dengan Pasar Parit Besar, sehingga cukup ramai aktivitasnya di masa itu.
Terminal Menara, yang terletak di Jalan Mahakam, berada di depan eks Gedung Bioskop Menara yang telah lama dibongkar.
Beberapa oplet Jurusan Sei Raya ditempatkan di terminal ini, yang juga merupakan terminal bis dengan tujuan Rasau Jaya.
Di akhir 1980an hingga awal 1990an, beberapa angkutan berwarna putih dengan berapa tujuan dan jurusan ditambahkan dalam sistem angkutan kota di kampong halaman.
Namun, tak begitu paham aku mengenai pengaturan baru ini. Sebab, tak lama setelah sistem baru ini diterapkan, aku pun pergi merantau.
Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)