Site icon Borneo Review

Terumbuk dan Galangan: Cara Bercocok Tanam Efektif di Tanah Gambut di Kalimantan

Terubuk dan Galangan

Cara bertani dengan membuat terubuk dan galangan, merupakan cara lkhas dan efektif agar tanaman berhasil tumbuh. (Ist)

PONTIANAK, borneoreview.co – Bertani di lahan rawa, seperti di kampong halamanku, Kota Pontianak, membutuhkan penataan air dan pemilihan komoditas yang tepat, agar dapat menghasilkan produksi yang memuaskan.

Kondisi lahan yang kerap basah dan tergenang menjadi tantangan untuk melakukan budidaya tanaman.

Salah satu cara tradisional yang banyak dilakukan adalah dengan membuat terumbuk dan galangan.

Kedua cara ini pada dasarnya menaikkan tanah untuk menjadi media penanaman, yang menghindarkan tanaman yang dari keadaan terendam air, utamanya di saat air pasang.

Melalui cara ini, pengendalian gulma juga menjadi lebih terfokus. Dahulu, sebagian besar pengerjaannya dilakukan secara manual, hanya dengan menggunakan cangkul.

Biasanya, saat membuat terumbuk dan galangan, petani akan mencampurkan pupuk kandang, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Maklum saja, tanah di kampong halamanku, solum tanahnya tipis dan kesuburannya sangat rendah, jika dibandingkan tanah pertanian di Jawa ataupun Sumatera.

Pulau Kalimantan yang pembentukannya sudah sangat tua. Ketiadaan gunung berapi aktif dan tingginya pencucian, disebabkan curah hujan yang tinggi, adalah beberapa faktor penyebab rendahnya kesuburan tanah di pulau ini.

Terumbuk dibentuk dengan menaikkan tanah sehingga berbentuk kerucut tumpul. Pada bagian atas kerucutnya kemudian akan menjadi media penanaman.

Perawatan ketinggian terumbuh harus rutin dilakukan, agar menghindarinya dari potensi terendam.

Biasanya, terumbuk diterapkan pada tanaman keras. Seperti, jeruk manis atau jeruk sambal. Beberapa tanaman lain.

Seperti, kelapa, durian atau rambutan, pada saat dilakukan penamanan pun dilakukan dengan membuat terumbuk, agar menghindari kematian di saat tanaman masih muda.

Sementara, galangan berbentuk setengah silinder yang dibaringkan. Sama seperti terumbuk, di atas galangan inilah yang menjadi tempat penanaman.

Tanaman musiman, seperti: sayuran, cabai, tomat, terungterungan dan umbi-umbian, menjadi komoditas yang sering diaplikasikan di galangan.

Saat ku remaja, galangan-galangan bekas penanaman ubi kayu kerap menjadi tempat kami bermain.

Terkadang bermain kejar-kejaran, menjadikan sebagai areal bermain kasti, ataupun bermain sepak bola kami lakukan di lahan-lahan yang diberakan.

Setelah beberapa kali penanaman, petani ubi kayu di sekitar runahku dulu cenderung memberakan lahannya, karena jika dipaksakan penanaman, produksinya tak lah memuaskan.

Berlarian di lahan-lahan eks galangan ubi kayu membutuhkan kehati-hatian. Tak jarang kami pun harus jungkir balik, akibat salah melangkah di lahan yang tak rata itu.***

Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)

Exit mobile version