JAKARTA, borneoreview.co – Buku terbaru berjudul The Scale-Up Guidebook: Scaling with Clarity karya Elizabeth Gina menghadirkan pendekatan praktis dan berorientasi pada manusia.
Terutama dalam membangun dan mengembangkan bisnis, dengan menekankan pentingnya keselarasan sistem internal melalui konsep swarm intelligence.
Terinspirasi dari kecerdasan koloni semut, buku ini memperkenalkan konsep swarm intelligence.
Yakni, kekuatan dari sistem yang terdesentralisasi dan terorganisasi secara alami untuk membantu bisnis bertumbuh tanpa hancur dari dalam.
“Sama seperti semut membangun koloni dengan tujuan yang jelas, pertumbuhan yang berkelanjutan dimulai dari fondasi yang kokoh,” ujar Elizabeth dalam rilis pers yang diterima, Kamis.
Swarm intelligence adalah perilaku kolektif dari sistem terdesentralisasi yang mencapai tujuannya melalui interaksi antar individu.
Diterbitkan pada tahun 2025, buku ini mengangkat berbagai hal dalam mengelola perusahaan, serta menggabungkan prinsip-prinsip berpikir mendasar (first principles thinking), pendekatan berpikir terbalik (inversion thinking), dan kekuatan kecerdasan koloni semut (swarm intelligence).
Buku ini telah tersedia di sejumlah toko buku fisik dan digital seperti Periplus, Kinokuniya, Tokopedia, Amazon, dan Google Books.
Elizabeth menggambarkan bahwa pertumbuhan bisnis yang sehat bukan hanya ditentukan oleh strategi ekspansi atau sistem operasional semata, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan organisasi menjaga keselarasan dan stabilitas internal.
Dia menyoroti bahwa banyak kegagalan bisnis disebabkan oleh ketidakteraturan dalam sistem internal, yang diibaratkan sebagai penyakit autoimun dalam tubuh manusia.
Semut secara individu mungkin lemah, tetapi secara kolektif sangat cerdas. Begitu pula dengan tim.
“Masalahnya sering kali bukan dari luar, melainkan dari dalam, seperti penyakit autoimun di mana sistem menyerang dirinya sendiri,” kata dia.
Salah satu pendekatan penting dalam buku ini adalah inversion thinking. Yakni, metode berpikir dengan cara membalik pertanyaan, bukan sekadar bertanya bagaimana cara tumbuh, melainkan memahami bagaimana sebuah bisnis bisa runtuh.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk merancang sistem yang lebih tahan terhadap risiko dan tekanan.
“Tantangan sesungguhnya ada pada bagaimana kita ‘bertahan melawan serangan penyakit’ dengan mengembangkan pola pikir, mekanisme mitigasi risiko, dan tim kita; agar mereka tidak justru menyerang balik seperti penyakit autoimun,” ucapnya.
Tidak seperti kebanyakan buku manajemen yang terasa terlalu abstrak atau terlalu teknis, The Scale-Up Guidebook langsung ke pokok permasalahan, membahas apa yang terjadi setelah fase ide, ketika pekerjaan nyata dan berantakan dimulai.
Buku setebal 398 halaman ini menyederhanakan konsep rumit menjadi hal yang mudah dipahami dan dapat diterapkan langsung.
Tidak hanya soal strategi dan keuangan, tetapi juga tentang keseimbangan mental, dinamika tim, dan peran sistem yang sehat dalam menghadapi tekanan.
Banyak pendiri sangat hebat dalam produk dan pasar, tapi kesulitan dalam operasional dan keuangan.
“Kita tidak bisa menutup celah yang bahkan tidak kita sadari ada. “Kita tidak bisa mendelegasikan hal yang tidak kita pahami. Kita harus paham dasar-dasarnya agar bisa mengajukan pertanyaan yang tepat dan melindungi bisnis kita,” ujar dia.
Sejumlah pelaku usaha dan pendiri perusahaan turut memberikan tanggapan positif atas buku ini.
Co-Founder dan CEO Brodo Yukka Harlanda menyebut buku tersebut membantunya kembali fokus dalam membuat keputusan yang berkelanjutan dan penuh kesadaran, dengan memahami bisnis secara menyeluruh.
Sementara CEO Praktis Adrian Gilrandy menilai buku ini menyederhanakan konsep rumit menjadi lebih mudah dipahami dan relevan untuk dijalankan.
“Buku ini adalah panduan ringkas dan padat untuk membantu kita fokus pada hal-hal yang benar-benar penting,” ucap Co-Founder Anamaya AI, Indrasto Budisantoso.
Bagi pembaca yang ingin membangun fondasi bisnis yang baik dan kuat sedari awal, atau seseorang yang terjebak di antara strategi dan eksekusi, buku ini bisa membantu membangun sistem yang tahan lama tanpa kehilangan arah.
“Menjalankan bisnis itu seperti mengelola tubuh dan pikiran kita sendiri,” kata Elizabeth.
“Ketika kita mengabaikan hal-hal mendasar seperti kesehatan finansial, dinamika tim, dan keselarasan pribadi, kita kehilangan keseimbangan. Buku ini membantu mengembalikannya,” sambung dia.
Elizabeth Gina adalah seorang profesional dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di berbagai perusahaan konglomerasi, private equity, venture capital, startup, hingga perusahaan yang didukung VC.
Dia pernah menjabat sebagai CFO dan COO di berbagai industri seperti manufaktur, F&B, serta ritel. Dalam masa jeda kariernya, Elizabeth menemukan kembali makna dan ketenangan melalui menulis dan refleksi.
Misinya adalah membawa kejelasan dalam kekacauan, serta membantu siapa saja yang ingin membangun bisnis yang lebih baik dengan hati, struktur, dan kebijaksanaan.(Ant)