PONTIANAK, borneorevie co – Kementerian Lingkungan Hidup telah menyegel Tempat pembuangan akhir (TPA) Basirih Banjarmasin karena menerapkan metode open dumping.
Pertanyaannya, kenapa metode open dumping di TPA menjadi masalah? Lalu, metode apa saja yang berlaku pada TPA?
Melansir berbagai sumber, Sabtu (15/3/2025), TPA adalah suatu tempat yang menampung sampah dari berbagai tempat pembuangan sementara (TPS) maupun dari bak sampah atau tong.
Dan, ada beberapa metode pengelolaan sampah di TPA. Yakni, open dumping, control landfill, dan sanitary landfill.
Open dumping atau pembuangan terbuka, yang dipakai TPA Basirih, adalah cara pembuangan sampah secara sederhana.
Sampah hanya dibuang begitu saja di suatu tempat dan dibiarkan terbuka tanpa pengamanan. Setelah lokasi tersebut penuh, maka langsung ditinggalkan.
Selain TPA Basirih, masih terdapat beberapa pemerintah daerah yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya manusia dan dana.
Cara ini tidak lagi direkomendasikan karena banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
Potensi pencemaran yang ditimbulkan seperti perkembangan binatang perantara penyakit, seperti lalat dan tikus. Adanya polusi udara oleh bau busuk dan gas yang dihasilkan.
Busa juga menyebabkan polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul dan estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor akibat sampah.
Metode kedua adalah control landfill. Metode ini lebih maju dibandingkan metode open dumping.
Secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan.
Dalam pelaksanaannya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Metode control landfill baik untuk diterapkan di kota sedang dan kota kecil.
Agar dapat melaksanakan metode ini dengan maksimal, diperlukan penyediaan beberapa fasilitas seperti saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
Ada juga saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan, pos pengendalian operasional, fasilitas pengendalian gas metan, dan tentunya alat berat.
Dan terakhir adalah metode sanitary landfill. Di sini sistem pengolahan sampah menggunakan area tanah yang terbuka dan luas.
Caranya adalah dengan membuat lubang, kemudian sampah dimasukkan ke lubang tersebut, dan terakhir sampah ditimbun dan dipadatkan.
Pada metode ini, di atas timbunan sampah ditimbun sampah lagi hingga beberapa lapisan. Setelah itu, timbunan sampah ditutup dengan tanah setebal 60 cm atau lebih.
Metode sanitary landfill merupakan metode standar yang banyak dipakai secara internasional.
Penutupan sampah yang dilakukan setiap hari dapat meminimalkan potensi gangguan yang timbul.
Sarana dan prasarana yang digunakan pada metode ini cukup mahal sehingga sejauh ini hanya dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan. ***