Tukar di Bank Sampah jadi Investasi Emas

Bank Sampah

BENGKAYANG, borneoreview.co – Bagi Abdul Rahman, pengurus Bank Sampah Pegadaian Balikpapan,  sampah bukan sekadar limbah rumah tangga, melainkan pintu masuk menuju perubahan perilaku masyarakat sekaligus tabungan masa depan.

Sejak lima tahun terakhir, pria yang akrab disapa Pak Rahman itu mengabdikan diri melalui program Bank Sampah Induk Kota Hijau yang bermitra dengan PT Pegadaian. Lewat gerakan “memilah sampah menabung emas”, dia mengajak masyarakat agar tidak lagi membuang sampah sembarangan, tetapi mengkonversinya menjadi tabungan emas.

Konsep tabungan Bank Sampah yang dikelola Rahman sangat sederhana. Sampah kering seperti botol plastik, kertas, atau karung ditimbang di bank sampah. Kemudian hasilnya dicatat dalam buku tabungan nasabah. Setelah mencapai Rp25 ribu, saldo itu bisa dikonversi menjadi tabungan emas di Pegadaian.

“Sampah yang semula tidak bernilai, tiba-tiba berubah menjadi aset masa depan,” kata Rahman.

Sudah ada lebih dari 2.650 nasabah aktif yang menabung lewat bank sampah itu dan 600 di antaranya membuka tabungan emas. Mereka berasal dari beragam kalangan, mulai ibu rumah tangga, pelajar, hingga pemulung.

Bahkan, ada kisah seorang ibu yang mampu membiayai kebutuhan sekolah anaknya hanya dari tabungan emas hasil mengumpulkan sampah.

Bagi Rahman, tujuan utama program ini bukan sekadar soal angka atau jumlah tabungan, melainkan perubahan perilaku. Ia ingin masyarakat terbiasa memilah sampah sejak dari rumah.

“Kalau perilaku ini sudah lahir, kita bukan hanya bicara soal tabungan emas, tapi juga bicara tentang lingkungan yang lebih sehat,” ujar Rahman.

Tak hanya memberi manfaat ekonomi, gerakan ini juga membawa dampak sosial. Nasabah merasa lebih dihargai karena aktivitas kecil mereka sehari-hari ikut berkontribusi bagi masa depan keluarga. Sementara itu, secara lingkungan, volume sampah yang dibuang ke TPA bisa berkurang.

Rahman masih ingat betul titik awal perjalanannya bersama PT Pegadaian. Tahun 2019, ketika program the gade clean and gold diluncurkan, ia melihat peluang besar untuk menjadikan sampah bukan hanya masalah, melainkan jalan menuju kesejahteraan. Selain itu, dukungan Pegadaian juga menjadi pintu masuk.

“Peran Pegadaian selama ini sangat membantu, karena betul-betul ada pembinaan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Bank Sampah Kota Hijau bukan pendatang baru. Sejak berdiri pada 2012, lembaga ini telah aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.

Dengan wilayah kerja yang mencakup Balikpapan hingga Samboja, mereka menjadi salah satu pionir gerakan lingkungan di Kalimantan Timur. Tidak heran jika pada perjalanannya, bank sampah ini pernah menyabet predikat sebagai bank sampah terbaik 2022.

Bagi Abdul Rahman, kolaborasi adalah kunci. Dalam setiap langkah, ia selalu melibatkan insan Pegadaian, tidak hanya dalam bentuk dukungan fasilitas, seperti kendaraan operasional, perlengkapan kantor, hingga pagar pembatas untuk area kerja, tetapi juga dalam pengembangan ide dan edukasi.

“Kami berupaya terus melakukan edukasi, agar sinergi ini tidak berhenti sebatas program, melainkan gerakan bersama,” katanya.

Kini dan ke depan, arah pengembangan bank sampah bergerak ke program the gade integrated farming, konsep yang memanfaatkan sampah organik sebagai media tanam. Sampah rumah tangga yang biasanya hanya berakhir di TPA, kini disulap menjadi kompos dan pupuk organik yang bernilai.

“Sampah organik ini paling banyak dibuang. Dengan program ini, kita harapkan dapat mengurangi timbulan sampah sekaligus mendukung ketahanan pangan,” kata Rahman.

Hasilnya mulai terlihat. Lahan-lahan kecil di sekitar Balikpapan dan Samboja kini tidak lagi penuh dengan tumpukan sampah, melainkan hijau dengan tanaman hasil olahan media tanam dari bank sampah. Gerakan ini tidak hanya mengelola sampah, tetapi juga menumbuhkan harapan baru, bahwa kota bisa menjadi lebih hijau, sehat, dan mandiri pangan.

Perubahan besar berawal dari hal kecil, yakni kesadaran masyarakat dalam memilah sampah. Edukasi yang dilakukan dari rumah ke rumah, sekolah ke sekolah, hingga kegiatan komunitas, pelan-pelan mulai membuahkan hasil.

“Harapan kami, semakin banyak yang sadar dan ada perubahan perilaku. Masyarakat mau melakukan pemilahan dan pemanfaatan sampah,” Rahman.

Ia juga menilai, inisiatif Pegadaian dengan program lingkungan berskala nasional telah memberi dampak luas. Bagi dia, kolaborasi semacam ini menunjukkan bahwa isu lingkungan bukan sekadar tanggung jawab pemerintah atau komunitas kecil, melainkan kerja bersama lintas sektor.

Rahman pun tidak menutup diri terhadap kolaborasi. Ia menyebut siapapun bisa ikut serta, baik individu maupun kelompok.

Dari dedikasinya, Rahman turut merasakan manfaat langsung. Ia dan pengurus bank sampah lain mendapat dukungan dari Pegadaian, mulai dari fasilitas kendaraan operasional hingga beasiswa untuk anak-anak pengurus.

“Sudah tiga tahun berturut-turut saya mendapat beasiswa untuk anak saya. Itu berkah saya kerja di Pegadaian terutama mengurus Bank Sampah,” tuturnya.

Bagi Abdul Rahman, sampah adalah emas tersembunyi. Dengan pola pikir baru, ia percaya tumpukan sampah yang kerap dianggap masalah bisa menjadi sumber kesejahteraan.

“Kalau tambang emas bisa merusak alam, maka menambang sampah justru menyelamatkan lingkungan. Dari sampah, kita bisa menggali masa depan,” katanya.

Lebih dari satu dekade berjalan, Bank Sampah Kota Hijau Sepinggan terus membuktikan bahwa sampah tidak harus menjadi masalah abadi. Dengan inovasi, sinergi, dan semangat perubahan, sampah bisa bertransformasi menjadi sumber daya yang mendukung kehidupan.

Dan Abdul Rahman, dengan visinya yang jauh ke depan, menjadikan bank sampah bukan sekadar tempat menabung sampah, tetapi juga menjadi mitra Pegadaian mengEMASkan Indonesia dan menabung masa depan.

Tabungan sampah yang dikonversi menjadi emas seperti yang dilakukan oleh Abdul Rahman dan kelompoknya tentu menjadi sesuatu investasi yang menjanjikan, karena saat ini harga emas terus naik dan menandakan investasi emas adalah hal yang sangat menguntungkan.

Hingga 29 September 2025 saja, harga emas per gram sudah mencapai Rp2,29 juta.

Tentu saja itu juga memiliki andil pada pertumbuhan penjualan emas yang terjadi di Pegadaian Kanwil IV Balikpapan. Penjualan emas di sana naik sebesar 338,19 kilogram atau tumbuh sebesar 209,8 persen bila dibandingkan pada periode yang sama di Tahun 2024 yang sebanyak 161,19 kilogram.

Pimpinan Wilayah PT Pegadaian Kanwil IV Balikpapan Rinaldi Lubis menyampaikan, pertumbuhan penjualan emas sejalan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk Pegadaian yang tersebar di wilayah Balikpapan dan Samarinda (Kalimantan Timur), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), serta Tarakan (Kalimantan Utara). (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *