Site icon Borneo Review

Usulan Tahun Baru Islam, dari Tanggal Kelahiran Nabi hingga Hijrah

PONTIANAK, borneoreview.co – Umat Islam di seluruh dunia merayakan pergantian kalender, dari 1446 Hijriah ke 1447 Hijriah. Artinya, memasuki hari pertama dalam bulan Muharram.

Namun, sejarah mencatat, penentuan Tahun Baru Islam butuh proses yang tidak gampang. Bermacam pikiran muncul hingga kemudian baru diambil suatu keputusan.

Melansir berbagai sumber, Kamis (26/5/2025), ketika umat Islam makin berkembang, dibutuhkan penanggalan resmi untuk berbagai urusan administrasi, zakat, surat, dan peristiwa penting lainnya.

Dan, Kalender Hijriah baru resmi ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

Namun, sebelum ditetapkan pada 1 Muharram, ada banyak usulan yang diberikan para Sahabat untuk menetapkan Tahun Baru Islam.

Berikut berbagai usulan yang dimaksud:

1. Sesuai Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Ali Bin Abi Thalib mengusulkan Tahun Baru Islam bertepatan pada kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Namun, usulan tersebut ditolak karena khawatir muncul fanatisme yang berakhir menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai Tuhan.

2. Sesuai Isra dan Mi’raj

Sahabat lainnya memberikan usulan bahwa Tahun Baru Islam diperingati pada Rajab, bertepatan dengan peristiwa Isra dan Mi’raj atau penetapan salat wajib 5 waktu.

3. Sesuai Momen Hijrah

Usulan lainnya yaitu pada Muharram. Usulan ini muncul dari Sahabat Umar karena di bulan tersebut adalah momen Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madina.

Dan akhirnya, usulan tersebut disepakati bersama bahwa setiap 1 Muharram, menjadi Tahun Baru bagi umat Islam.

Hingga kemudian, Khalifah Umar bin Khattab mengeluarkan keputusan bahwa tahun hijrah Nabi SAW adalah tahun satu, dan sejak saat itu kalender umat Islam disebut ‘Tarikh Hijriyah.’

Tanggal 1 Muharram pada tahun 1 Hijriah bertepatan dengan 16 Tammuz 622 Rumi (16 Juli 622 Masehi).

Tahun keluarnya keputusan Khalifah itu (638 M) langsung ditetapkan sebagai 17 Hijriyah.

Karena itu Kalender Islam dikenal dengan nama hijriyah, kata ini berasal dari bahasa Arab ‘Hijriyah’ yang berarti berpindah.

Namun yang jelas, hijrah bukan hanya peristiwa geografis, tetapi tonggak sejarah perubahan: dari penindasan menuju kemerdekaan beragama.***

Exit mobile version