Bayi Bekantan dan Lutung Hadir di Stasiun Riset Pulau Curiak

bayi bekantan

BANJARMASIN, borneoreview.co – Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), kehadiran satu bayi bekantan (Nasalis larvatus), primata ikon kebanggaan provinsi itu dan dua bayi Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) yang berwarna kuning keemasan dari dua indukan betina berbeda.

“Bayi bekantan yang lahir dari indukan kelompok alpha,” kata Pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki di Banjarmasin, Jumat (3/10/2025).

Menurut Biologist Conservation dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang mengelola Pulau Curiak itu, kelahiran bayi bekantan dan Lutung Kelabu ini merupakan sebuah capaian yang luar biasa.

Hal itu menandakan kawasan restorasi mangrove yang dikelola dan dijaga SBI serta masyarakat nelayan setempat telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan dan Lutung Kelabu di Indonesia.

Dia mengatakan dua jenis primata langka dan endemik ini sekarang banyak menghuni kawasan restorasi mangrove rambai di Pulau Curiak.

Bekantan dan lutung hidup harmoni dalam kelompoknya masing-masing, menghuni pohon mangrove yang ditanam sejak lima tahun lalu oleh Yayasan SBI bersama mitra dan masyarakat setempat.

Amalia Rezeki berharap semua pemangku kepentingan bekerja sama menyelamatkan bekantan dan Lutung Kelabu di kawasan tersebut, dengan menjaga habitat mereka yang tersisa agar tidak beralih fungsi.

Tidak saja bagi primata endemik Kalimantan, kata dia, hal tersebut juga membantu nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove rambai sebagai tempat bagi udang dan ikan air tawar berkembang biak.

Untuk melestarikan bekantan dan Lutung Kelabu yang tersisa di kawasan Stasiun Riset Bekantan, pihaknya melakukan pemulihan habitat dengan menanam kembali pohon mangrove, khususnya jenis Pohon Rambai (Sonneratia caseolaris) yang merupakan tegakan dan pakan utama kedua primata tersebut.

Sampai saat ini diperkirakan sekitar 20.000 bibit pohon rambai yang ditanam SBI bersama mitra dan masyarakat setempat.

Kegembiraan atas kelahiran bayi bekantan dan lutung ini ditunjukkan juga oleh Amang Ipan (50), masyarakat lokal yang turut menanam dan merawat pohon rambai di kawasan restorasi mangrove rambai.

“Sudah dua minggu ini saya mengamati pergerakan bekantan kelompok alpha dan kawanan Lutung Kelabu, mereka membawa bayi baru lahir dan kami senang bisa mengabadikannya dengan foto,” ucapnya.

Sementara Ferry Hoesain, praktisi konservasi satwa liar dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia mengatakan kelahiran bayi bekantan dan Lutung Kelabu di kawasan restorasi mangrove rambai mengidentifikasikan keberhasilan memulihkan habitat satwa liar dan dilindungi. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *