KUBU RAYA, borneoreview.co – Di bawah langit Kubu Raya yang kian berwarna, sebaris harapan melintas dari sebuah ruangan berukuran lebar.
Rabu, 3 September 2025, di Qubu Resort Kubu Raya itu menjadi saksi ketika suara seorang pemimpin menyapa para pewarta dunia digital dengan senyum penuh keyakinan.
Bupati Kubu Raya, Sujiwo, tak sekadar menyambut Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Barat, tetapi membuka pintu luas-luas untuk sebuah kemitraan strategis.
Bagi Bupati Sujiwo, media bukan sekadar kanal informasi, melainkan urat nadi peradaban yang menyambungkan suara rakyat dan kebijakan pemerintah.
“Harapan kita AMSI bisa menjadi mitra strategis pemerintah provinsi dan tentu juga Pemerintah Kabupaten Kubu Raya,” ujarnya, dengan sorot mata yang memantulkan tekad. Kata-katanya terasa seperti undangan, seperti ajakan untuk menjahit mimpi bersama.
Kubu Raya sedang bergerak, dan pergerakan itu butuh penggerak. Dalam pandangan Sujiwo, media siber adalah jembatan, sekaligus peta jalan.
Dalam arus informasi yang deras, pemerintah tak bisa berjalan sendiri. Ia butuh tangan-tangan yang mampu merangkai narasi, menyampaikan realita, dan menata ekspektasi.
Benang Persaudaraan
Ada satu fakta menarik yang luput dari perhatian banyak orang AMSI bukan sekadar perkumpulan pengusaha media.
Di dalamnya, denyut nadi jurnalisme masih berdetak kencang. Banyak pengurusnya juga berprofesi sebagai jurnalis para perajut kata yang terbiasa menyusun cerita, meramu fakta, dan menyuarakan nurani publik.
Di sanalah Bupati Sujiwo menemukan potensi besar. Bukan hanya tentang jaringan media, tetapi tentang kualitas pemberitaan. Dengan suara tenang namun tegas, ia menegaskan,
“Harapan kita, karena di dalamnya para jurnalis, AMSI bisa membantu menciptakan kondisi pemberitaan yang positif, konstruktif, dan memberikan edukasi,” ucap Bupati Sujiwo.
Baginya, media bukan hanya penyampai berita, tapi pencipta perspektif. Pemberitaan yang sehat akan menumbuhkan kesadaran kolektif, memperkuat literasi publik, dan menciptakan ekosistem pembangunan yang lebih inklusif.
Bukan tanpa alasan Bupati Sujiwo menyebut ini sebagai simbiosis mutualisme. Pemerintah butuh media untuk menyuarakan kebijakan, sementara media butuh pemerintah untuk membuka akses informasi dan menghadirkan transparansi.
Di tengahnya, masyarakatlah yang mendapat manfaat paling nyata edukasi, partisipasi, dan keterlibatan.
Sebuah Harmoni Pembangunan
Namun, semua ini bukan sekadar tentang komunikasi. Di balik sambutan hangat itu, Bupati Sujiwo menaruh sebuah harapan besar percepatan pembangunan.
Dalam tatapannya, ada kerinduan pada Kubu Raya yang berkembang lebih cepat, lebih merata, dan lebih berdaya saing.
“Kemudian bisa bekerja sama dalam hal percepatan pembangunan di Kabupaten Kubu Raya dan juga dalam proses pemerintahan,” Bupati Sujiwo menegaskan.
Ia sadar, pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur dan anggaran. Ini tentang menyentuh sisi manusia, memahami denyut nadi warganya, dan memastikan tak ada satu pun suara yang tercecer di antara bisingnya informasi. Di sinilah peran media menjadi penting.
Ia tahu betul perjalanan kepemimpinannya tak bisa dilepaskan dari peran para jurnalis. Dengan nada lirih penuh kejujuran, ia mengakui itu.
“Saya dibesarkan oleh teman-teman jurnalis, saya dibesarkan oleh teman-teman media,” tutur Bupati Sujiwo.
Ada sentuhan nostalgia dalam ucapannya, seolah ia tengah menoleh pada jalan panjang yang pernah ditempuh bersama para pewarta.
Karena itulah, pintu pemerintahannya selalu terbuka bukan hanya untuk dialog, tapi untuk kolaborasi nyata.
Melalui AMSI, Bupati Sujiwo membayangkan ekosistem informasi yang sehat, berita yang berimbang, dan liputan yang tak hanya mengejar sensasi, tetapi menghadirkan makna.
Karena, bagi Kubu Raya, media bukan sekadar “berita hari ini”, melainkan peta masa depan.
Suara, Data, dan Harapan
Dari semua pesan yang disampaikan Bupati Sujiwo, satu hal yang paling mengemuka adalah soal kebijakan publik.
Ia ingin kebijakan yang lahir dari pemerintah benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.
Di sinilah media menjadi kanal penting untuk menyebarkan pemahaman, bukan sekadar pengumuman.
AMSI Kalbar bisa menjadi navigator informasi di era digital ini. Dengan jejaring media yang luas, asosiasi ini berpotensi membantu publik memahami arah pembangunan, menyaring hoaks, dan memperkuat literasi digital di masyarakat.
Kubu Raya butuh ekosistem seperti itu masyarakat yang melek informasi, media yang bertanggung jawab, dan pemerintah yang transparan. Dalam perspektif Sujiwo, ketiganya tak bisa dipisahkan.
Menjahit Masa Depan
Hari itu, aula sederhana Kubu Raya jadi ruang temu antara ide, harapan, dan masa depan.
Pelantikan AMSI Kalbar bukan hanya seremonial, melainkan tanda dimulainya sebuah perjalanan kolaborasi.
Bupati Sujiwo menyadari, membangun daerah tak bisa dilakukan sendiri. Pemerintah, media, dan masyarakat adalah tiga simpul yang harus berjalan berdampingan.
Melalui AMSI, Bupati Sujiwo ingin suara pembangunan Kubu Raya menjadi nyanyian kolektif satu harmoni yang tak hanya terdengar, tetapi juga terasa.
“Atas nama pribadi dan pemerintah, saya mengucapkan selamat dan sukses atas pelantikan kepengurusan AMSI Kalbar,” pungka Bupati Sujiwo, dengan senyum yang menyimpan keyakinan.
Mungkin, di antara gemuruh tepuk tangan hari itu, terselip satu pesan sederhana membangun daerah bukan sekadar proyek, melainkan perjalanan bersama.***