Ketika TPS Liar Jadi Pemandangan Sehari-hari

PONTIANAK, borneoreview.co – Pernahkah Anda ketika berjalan melewati jalan setapak menuju pasar. Di sisi jalan itu, ada satu hal yang selalu mengganggu pandangan: tumpukan sampah yang terus meninggi. Plastik kresek hitam, sisa sayur-mayur, bahkan popok bekas menumpuk begitu saja. Bau busuknya menyeruak, menampar hidung siapa saja yang lewat. Tempat itu bukanlah TPS resmi, melainkan TPS liar yang terbentuk karena kebiasaan “ah, buang saja di situ” dari orang-orang sekitar.

Mengapa TPS Liar Selalu Ada?

Alasan berikut mungkin terdengar klise, “TPS resmi jauh, malas jalan jauh hanya untuk buang sampah.” Ada juga yang beralasan, “Petugas sampah jarang lewat.” Dari kebiasaan membuang satu kantong sampah, lama-lama orang lain ikut-ikutan, dan akhirnya menjadi gunungan sampah tak terurus.

Masalahnya, TPS liar seperti ini bukan hanya soal pemandangan tak sedap, tetapi juga menimbulkan masalah kesehatan. Bau menyengat menarik lalat, tikus berkeliaran, bahkan nyamuk yang bisa menyebarkan demam berdarah berkembang biak di genangan air sekitar sampah.

Saat hujan deras turun, air dari parit meluap, mengalir ke jalan, membawa sampah dari TPS liar itu ke mana-mana. Plastik-plastik itu menyumbat saluran air, membuat genangan besar, bahkan masuk ke halaman rumah warga.

Air tanah pun tak luput dari dampaknya. Sampah organik membusuk dan air lindi meresap ke dalam tanah, mencemari sumur yang selama ini menjadi sumber air warga sekitar.

Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Sebenarnya, kita semua. Masalah TPS liar bukan hanya tugas pemerintah untuk menyediakan tempat pembuangan sampah yang lebih dekat, tetapi juga tugas masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Daripada mengeluh, mulailah bergerak bersama memilah sampah dari rumah. Membuat jadwal iuran bersama untuk membayar petugas kebersihan yang bisa mengangkut sampah secara rutin. Plastik dan botol dikumpulkan untuk dijual ke pengepul, sisa makanan dijadikan kompos untuk tanaman di pekarangan rumah.

Pelan-pelan, tumpukan sampah di pinggir jalan pasti mulai berkurang. Meski belum sepenuhnya bersih, setidaknya memulai langkah kecil untuk lingkungan yang lebih baik.

TPS liar sering terlihat sepele, “hanya sampah,” kata orang. Namun, dampaknya begitu besar bagi kesehatan, lingkungan, dan kenyamanan kita. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Memilah sampah dari rumah, membuang sampah pada tempatnya, dan mengurangi penggunaan plastik adalah langkah sederhana yang bisa kita lakukan.

Karena pada akhirnya, lingkungan yang bersih adalah warisan terbaik untuk anak cucu kita kelak. Dan siapa lagi yang akan menjaga jika bukan kita sendiri?***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *