JAKARTA, borneoreview.co – Kecantikan memiliki rupa yang berbeda di setiap era. Dari resep tradisional hingga teknologi skincare mutakhir.
Manusia terus mencari cara, merawat diri dan menolak tanda-tanda waktu.
Namun di tengah hiruk-pikuk tren dan obsesi akan kulit sempurna, makna cantik seutuhnya justru kerap terlupakan.
Yaitu, keseimbangan antara perawatan luar, ketenangan batin, dan keberanian melawan stigma yang membatasi.
Retinol sempat dijagokan sebagai “ramuan muda abadi” di kalangan pencinta skincare.
Banyak yang berharap wajahnya bisa segera bercahaya dan bebas kerut hanya dalam hitungan minggu. Namun kenyataan di cermin sering tak seindah ekspektasi.
Tak sedikit yang justru harus melewati fase ugly di mana kulit memerah, mengelupas, hingga riasan sulit menempel.
Fenomena itu menggambarkan bagaimana sebagian orang masih terjebak pada obsesi hasil instan tanpa memahami bahwa kulit memiliki ritmenya sendiri.
Di tengah derasnya tren perawatan kulit, standar kecantikan lama pun masih bergema: putih berarti cantik, seolah warna lain tak layak mendapat panggung.
Padahal, kecantikan jauh lebih luas dari sekadar rona kulit. Ia tumbuh dari keseimbangan hidup, ketenangan batin, dan keberanian menerima diri apa adanya.
Pemakaian Retinol
Dalam dunia dermatologi, retinoid menjadi istilah payung untuk turunan vitamin A, mulai dari retinol, retinal, hingga retinoic acid.
Retinol menjadi yang paling populer, sementara retinal (retinaldehyde) bekerja lebih cepat karena langsung dikonversi oleh kulit menjadi retinoic acid.
Zat aktif ini dikenal ampuh mempercepat regenerasi sel, mengurangi jerawat, dan menyamarkan kerutan. Namun penggunaannya tidak bisa sembarangan.
“Jangan pakai pagi hari. Kalau dipakai pagi, kulit bisa terbakar dan malah jadi gelap. Retinal itu harus malam, dan pagi harinya wajib pakai sunscreen,” ujar dr Abelina MM MARS.
Abelina akrab dikenal sebagai dr Incognito, dalam peluncuran produk Finally Found You!, Sabtu (4/10/2025) malam.
Ia menegaskan, kunci pemakaian retinoid adalah kesabaran. Orang Indonesia ingin cepat glowing. Kalau tahan fase tak bagusnya, boleh tiap hari.
“Tapi kalau enggak, mulai seminggu sekali dulu. Kalau aman, naik jadi dua kali seminggu, lalu tiga kali. Jadi pelan-pelan,” ujarnya.
Cara sederhana seperti menimpa retinoid dengan pelembap dapat membantu kulit beradaptasi.
“Tunggu beberapa menit setelah pakai, lalu langsung ditimpa pelembap. Nggak usah lama-lama,” katanya.
Hal senada disampaikan pemengaruh kecantikan Tasya Farasya yang menyoroti masih kuatnya stigma hasil cepat di kalangan pengguna skincare.
Semua maunya instan. Padahal perawatan itu harus disesuaikan sama jenis kulit.
“Penting banget edukasi lewat media sosial supaya orang tahu apa yang sebenarnya kulit mereka butuhkan,” katanya.
Kecantikan dari Dalam
Bagi aktris sekaligus pengusaha Luna Maya, rahasia tampil segar bukanlah rahasia besar. Ia menilai perawatan diri justru berawal dari hal-hal sederhana.
“Setiap hari yang paling penting itu hapus make up sampai bersih. Gunakan produk terpercaya dengan kandungan yang sesuai kebutuhan kulit,” ujarnya.
Memasuki usia matang, Luna lebih fokus pada produk anti-aging. Namun, ia menegaskan bahwa kulit sehat tak bisa dipisahkan dari gaya hidup.
“Istirahat cukup, makan sehat, olahraga, dan yang paling penting, manage stress. Semua yang terpancar di luar itu sumbernya dari dalam,” ujarnya.
Tasya Farasya menambahkan, inner beauty memiliki peran besar dalam penampilan seseorang.
“Inner beauty itu sangat berhubungan sama kepribadian. Kalau kita bisa menimbulkan kenyamanan dan kebahagiaan buat orang lain, itu akan terpancar ke luar,” katanya.
Namun ia juga menekankan bahwa perawatan luar tetap penting, selama dilakukan secara tepat.
“External beauty tetap butuh usaha, tapi harus dengan produk yang sesuai kebutuhan kulit dan ingredients-nya pas buat kita,” ujar Tasya.
Sementara itu, dr Abelina mengingatkan bahwa kondisi kulit selalu berubah.
“Kulit tidak stagnan. Usia 20-an bisa berminyak, tapi di usia 30-an bisa berubah jadi kering. Makanya penting tahu kondisi kulit sekarang,” katanya.
Meski begitu, menurut dia, pesona sejati tidak datang dari produk mahal, melainkan dari empati.
“Banyakin empati. Jangan mikirin diri sendiri terus. Itu satu-satunya hal yang bikin manusia tetap punya cahaya,” ujarnya.
Stigma Kecantikan
Standar kecantikan di Indonesia kerap menempatkan kulit putih di puncak hierarki. Namun, bagi Tasya Farasya, pandangan itu sudah usang.
“Saya ingin buang stigma kalau cantik itu harus putih. Yang penting bukan putih, tapi terawat, cerah, dan bercahaya. Semua skin tone punya keindahan masing-masing,” katanya.
Menurut dia, kebutuhan kulit setiap orang berbeda. Karena itu, pendekatan perawatan seharusnya berfokus pada kesehatan kulit, bukan warna.
“Aku ingin mendorong formula yang bukan untuk memutihkan, tapi untuk merawat agar kulit lebih sehat,” ujar Tasya.
Sembari menyebut beberapa bahan aktif, seperti L-ascorbic acid 15 persen, adenosine, niacinamide 5 persen, dan ginseng yang relevan dengan iklim tropis.
Luna Maya juga memandang bertambahnya usia, bukan ancaman bagi kecantikan.
“Age is just a number. Yang penting tahu ingredients yang tepat buat diri sendiri,” ujarnya.
Ia juga menyoroti potensi bahan alami seperti PDRN dan Green Algae yang kini banyak digunakan dalam formulasi skincare.
“Kandungan mineralnya tinggi dan bermanfaat banget buat kulit,” katanya.
Dari sisi lain, Maharaja, konten kreator sekaligus pendiri Finally Found You!, menambahkan perspektif berbeda.
“Perawatan kulit itu bukan hanya buat perempuan. Laki-laki juga perlu, minimal pakai cleanser, moisturizer, dan sunscreen,” ujarnya.
Cantik Seutuhnya
Di balik diskusi tentang retinol, gaya hidup sehat, dan inner beauty, ada satu pesan yang mengikat: kecantikan tidak sesederhana memilih produk.
Kecantikan lahir dari keseimbangan antara perawatan luar, ketenangan batin, serta keberanian menolak stigma sempit soal kulit putih.
Maharaja menyebut produk barunya menghadirkan formula berbasis teknologi terkini.
Seperti, PDRN dan Green Algae, untuk membantu kulit tetap sehat. Namun, pesan utamanya bukan pada produknya, melainkan pada maknanya.
“Kami ingin menegaskan bahwa cantik tidak hanya tentang produk. Cantik berarti merawat diri luar dan dalam, lalu percaya diri dengan keunikan masing-masing,” ujarnya.
Setiap orang, lanjutnya, berhak merasa cantik tanpa harus mengubah warna kulitnya.
“Kami percaya semua orang punya hak merasa cantik. Produk ini hadir sebagai solusi, tapi pesan utamanya adalah cintai diri apa adanya,” katanya.
Di era yang penuh sorotan visual dan tekanan untuk tampil sempurna, mungkin makna sejati dari kecantikan modern adalah ketika seseorang berdiri di depan cermin.
Melihat bukan sekadar kulit yang mulus, melainkan jiwa yang damai dan percaya diri apa adanya.***