Menhut Ingatkan Urgensi Konservasi Gajah Sumatra dan Spesies Lainnya

konservasi gajah Sumatra

JAKARTA, borneoreview.co – Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antonii mengingatkan urgensi langkah konservasi menyelamatkan flora dan fauna dilindungi dari ancaman kepunahan, termasuk konservasi gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus).

Menhut menegaskan, konservasi gajah Sumatra mendapatkan dukungan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

Buktinya, konservasi gajah Sumatra lewat Inisiatif Konservasi Gajah Peusangan (Peusangan Elephant Conservation Initiative/PECI) di Aceh dilakukan di lahan hibah dari Presiden Prabowo yang sedang berproses.

“Kita tahu bersama dan ini adalah tantangan kita bersama, bahwa alam kita sedang menjerit. Ada proses pembangunan yang legal yang memang diakui, berproses secara hukum, legal, formal, baik. Tapi juga banyak yang ilegal mengakibatkan kerusakan alam kita,” kata Menhut Raja Juli Antoni dalam puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025 di Jakarta, Senin (11/8/2025).

Untuk itu ,dia memaparkan sejumlah langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh pemerintah, mulai dari konservasi gajah Sumatra lewat Inisiatif Konservasi Gajah Peusangan (Peusangan Elephant Conservation Initiative/PECI) di Aceh yang dilakukan di lahan hibah dari Presiden Prabowo yang sedang berproses.

Tidak hanya itu Kemenhut bersama Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) juga sedang menertibkan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang menjadi lokasi salah satu kantung gajah dari perkebunan sawit ilegal.

Total saat ini tersisa 22 kantung atau wilayah habitat gajah di Sumatera, turun drastis dari 44 lokasi yang teridentifikasi pada periode 1980-an.

Menhut juga mengidentifikasi sejumlah satwa dilindungi yang keberadaannya terancam mulai dari harimau Sumatra (Panthera tigris sondaica) serta orang utan yang terbagi dalam tiga jenis di Indonesia yaitu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orang utan Sumatra (Pongo abelii) dan orang utan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).

“Ini momentum yang baik untuk kita mengingatkan kembali betapa tantangan kita dalam konservasi ini luar biasa,” katanya.

Tidak hanya bergerak sendiri, Menhut juga memastikan pintu dibuka selebar-lebarnya untuk kerja sama konservasi dari berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat.

Dia meminta agar jajaran Kemenhut tidak mempersulit partisipasi publik untuk pemulihan ekosistem dan upaya konservasi lainnya.(Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *