JAKARTA, borneoreview.co – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Frederica Widyasari Dewi, menegaskan peran penting ibu dalam mencegah perilaku konsumtif berlebih pada anak. Menurut Frederica, yang akrab disapa Kiki, ibu sebagai “menteri keuangan keluarga” memiliki pengaruh besar terhadap literasi keuangan keluarga.
“Peran ibu sangat penting dalam mencegah over-indebtedness atau kebiasaan berutang berlebih. Literasi keuangan harus dimulai dari ibu-ibu untuk membentuk anak-anak yang bijak secara finansial,” ujar Kiki dalam acara Edukasi Keuangan Hari Ibu di Jakarta.
Ia juga menyoroti dampak negatif fenomena fear of missing out (FOMO) dan fear of other people’s opinion (FOPO), yang mendorong perilaku konsumtif dan berisiko memicu jebakan utang. Selain itu, pentingnya literasi keuangan bagi ibu dapat melindungi keluarga dari ancaman keuangan ilegal, seperti pinjaman daring ilegal dan judi online.
Data terbaru dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2023 menunjukkan peningkatan signifikan pada perempuan. Indeks literasi keuangan perempuan mencapai 66,75 persen, lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang berada di angka 64,14 persen. Indeks inklusi keuangan perempuan juga tercatat sebesar 76,08 persen, lebih tinggi dari laki-laki di angka 73,97 persen.
Untuk meningkatkan literasi keuangan, OJK bekerja sama dengan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). OJK juga menunjuk enam duta literasi keuangan dari berbagai wilayah Indonesia.
“Kami akan melatih para duta melalui training of trainers (ToT). Mereka akan menjadi penyampai literasi keuangan kepada masyarakat,” kata Kiki. Langkah ini diharapkan dapat memberdayakan perempuan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh. (Ant)