PONTIANAK, borneoreview.co – Kelapa sawit adalah bisnis menjanjikan. Namun, selain hama, komoditas ini juga harus menghadapi suatu tantangan yakni penyakit busuk pangkal batang.
Bahkan, penyakit busuk pangkal batang dapat menurunkan produksi kebun sawit hingga 80 persen serta mempersingkat umur ekonomis tanaman hingga 50 persen.
Melansir bpdp.or.id, Senin (4/8/2025), penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot/BSR) ini disebabkan oleh infeksi jamur ganoderma boninense.
Penyakit busuk pangkal batang ini dijuluki silent killer karena menyerang secara diam-diam, namun dampaknya menurunkan produktivitas secara drastis hingga mengancam keberlanjutan industri sawit nasional.
Bagaimana tidak, penyakit ini menyerang kebun sawit di hampir seluruh daerah Indonesia, mulai dari perkebunan swasta besar, negara, hingga kebun rakyat. Bahkan, tanaman sawit di masa pembibitan (nursery) sudah terdeteksi terinfeksi.
Berbagai penelitian pun menunjukkan tingkat infeksi ganoderma di Sumatera telah mencapai 39–52%.
Lalu, tingkat infeksi ganoderma pada perkebunan sawit di Kalimantan mencapai 19 persen, Jawa 30 persen, Sulawesi 10 persen, dan Maluku-Papua 9 persen.
Nyatanya, infeksi ini dapat menurunkan produksi kebun sawit hingga 50-80 persen serta mempersingkat umur ekonomis tanaman hingga 50 persen (economic life span).
Nilai kerugian (opportunity loss) yang dialami industri sawit nasional akibat ganoderma di seluruh Indonesia pada 2022 bahkan ditaksir mencapai Rp110 triliun.
Itulah sebab, ada ahli yang memproyeksikan, jika tidak ada tindakan signifikan dalam mengendalikan ganoderma maka dalam dua siklus replanting mendatang atau sekitar tahun 2075 maka kebun sawit yang terinfeksi akan lebih luas dibandingkan kebun sawit yang bebas ganoderma.
Hal tersebut tentu dapat mengancam eksistensi industri sawit nasional yang selama ini menopang ketahanan pangan, energi, dan perekonomian Indonesia di tingkat lokal hingga global.
Bagian penting untuk mengatasi serangan ganoderma adalah pada tahap deteksi dini. Tahapan ini bisa memanfaatkan inovasi teknologi yang telah ada.
Grant Riset Sawit (GRS) sebagai salah satu program reinvestasi dana sawit yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) juga telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi deteksi dini infeksi ganoderma.
Berikut empat inovasi teknologi deteksi dini ganoderma yang ada:
1. Teknologi eNose-G
Inovasi ini dihasilkan oleh program GRS yakni eNose-G, dihasilkan oleh Widiastuti et.al. (2020; 2022).
Inovasi teknologi eNose-G khususnya generasi 3 mampu membedakan tanaman yang terinfeksi dini dari yang sehat dengan tanaman kelapa sawit yang terserang ganoderma kategori dini, sedang, dan parah.
Penggunaan teknologi deteksi dini memiliki tingkat akurasi, spesifisitas, dan sensitivitas lebih dari 80 persen.
Artinya, tanaman kelapa sawit yang secara kasat mata belum dapat dilihat apakah sudah terserang ganoderma atau tidak, namun teknologi eNose-G ini mampu mendeteksi hal tersebut.
2. Device portable
Whulanza et.al. (2022; 2023) mengembangkan inovasi teknologi deteksi dini ganoderma dalam bentuk device portable.
Inovasi teknologi tersebut merupakan piranti deteksi molekuler dengan teknologi miniaturisasi yang memungkinkan deteksi dini lebih praktis dalam penggunaannya sehingga dapat langsung digunakan di kebun.
Hal ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi tersebut dapat mendeteksi ganoderma pada perkebunan kelapa sawit secara cepat.
3. Radar self injection locked
Penelitian Arif et.al. (2024) mengembangkan inovasi teknologi deteksi ganoderma berbasis sistem radar self injection locked (SIL).
Radar tersebut digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda awal infeksi ganoderma dengan memantau karakteristik pada pohon kelapa sawit.
4. IFOVIB-G
Shovitri et.al. (2024) mengembangkan IFOVIB-G yang merupakan teknologi robot berbasis teknologi foton dan vibrasi untuk deteksi dini infeksi ganoderma pada tanaman kelapa sawit.
Yang jelas, keempat teknologi ini telah dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini apakah pada tanaman kelapa sawit telah terinfeksi ganoderma atau tidak.
Dan, deteksi lebih dini infeksi ganoderma dapat menjadi upaya yang lebih efektif dalam pengendalian ganoderma yang mengancam perkebunan sawit.***