PONTIANAK, borneoreview.co – Tambang emas tradisional adalah kenyataan yang memang ada dan mungkin akan tetap ada.
Nyatanya, tambang emas tradisional bukanlah wabah atau virus hanya cara praktiknya yang cenderung mengundang risiko.
Dengan kata lain, tambang emas tradisional itu merujuk pada sistem pengerjaannya, yakni tidak sistematis atau modern.
Melansir berbagai sumber, Senin (11/8/2025), penambangan secara sistematis atau modern biasanya dilakukan oleh perusahaan tambang yang bekerja secara profesional.
Artinya, mengandalkan alat canggih, sistem penambangan yang berdasarkan SOP, dan pastinya memiliki standar keamanan dalam pengerjaannya.
Sementara, tambang emas tradisional biasanya dijalankan dengan cara yang manual serta tidak memiliki standar keamanan sama sekali.
Selain itu pengerjaannya juga tidak melibatkan alat-alat yang mumpuni, sebab hanya mengandalkan peralatan yang seadanya dimiliki saja.
Sebagai informasi, sampai saat ini, tambang emas tradisional tidak perlu membutuhkan alat dan bahan yang susah, namun nanti bisa menghasilkan keuntungan yang besar.
Biasanya para penambang ini memerlukan sekop dan cangkul, alat pengayak, serta wadah untuk meletakkan hasil penambangan.
Para penambang pertama kali harus menggali untuk menemukan lokasi yang sekiranya banyak menyimpan emas.
Penentuan lokasi ini cenderung berdasarkan firasat dan kebiasaanya, jadi memang tidak menggunakan dasar keilmuan khusus.
Kemudian tanah galian itu akan diangkut, dan kemudian diayak. Hasil ayakan inilah yang nantinya dilanjutkan dengan proses pemisahan antara batu, tanah, dan kotoran lainnya dengan serbuk emas yang ditemukan.
Dengan cara kerja seperti itu, tak pelak ada beberapa risiko yang umumnya harus dihadapi oleh para penambang emas tradisional.
Risiko tersebut biasanya meliputi masalah kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, sebab dua hal ini yang benar-benar tak memiliki standar yang jelas dalam pengerjaannya.
Pertama, masalah lubang galian, banyak penambang yang memiliki risiko tertimbun lubang galiannya sendiri.
Mungkin karena terlalu dalam, atau malah tanah yang dijadikan lokasi menggali ternyata terjadi longsor.
Hal ini disebabkan karena memang para penambang tidak menggunakan alat keselamatan apapun.
Kedua, kesehatan para penambang emas tradisional umumnya terganggu, terlebih lagi bagi mereka yang menambang di dekat lokasi pertambangan modern.
Hal ini karena aktivitas tambang modern pada umumnya menyisakan zat merkuri di lokasi tambang, yang mungkin dihirup dan terkontaminasi dalam tubuh para penambang.***